Mohamad Ansori
Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai keagamaan dan nilai luhur budaya bangsa. Oleh karena itu Pancasila merupakan solusi permasalahan kebangsaan yang muncul diantara komponen bangsa. Pada hakekatnya, Pancasila adalah bangsa Indonesia itu sendiri. Rumusan Pancasila merupakan implementasi nilai-nilai yang sebenarnya sudah ada dan melekat dalam diri bangsa Indonesia.
Sila-sila dalam Pancasila merupakan nilai-nilai yang saling berkaitan. Sila pertama Pancasila merupakan pondasi utama, yang mendasari sila-sila yang lainnya. Sila Ketuhanan yang Maha Esa, merupakan salah satu pengakuan akan religiusitas bangsa Indonesia. Dengan kata lain, pengakuan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang religius.
Dalam buku-buku sejarah di sekolah, diceritakan bahwa bangsa Indoensia telah mengakui keberadaan Tuhan bahkan sejak zaman prasejarah. Bangsa Indonesia meyakini adanya "kekuatan besar" di luar dirinya. Oleh karena itu, mereka lalu mencari dan mencari siapa "kekuatan besar" itu, dengan menggunakan kemampuan rasio mereka sendiri. Maka muncullah animisme dan dinamisme, semata-mata karena belum hadirnya syariat yang menjelaskan siapa pemilik "kekuatan besar" yang mengatur kehidupan mereka itu sendiri.
Dengan kepemilikan dasar-dasar religiusitas yang kuat itulah mengapa agama-agama tumbuh subur di Indonesia. Hindu dan Budha merupakan agama-agama yang lebih dulu datang di Indonesia. Buktinya, banyak kerajaan di nusantara yang meletakkan Hindu dan Budha sebagai agama negara. Hindu dan Budha tumbuh subur dalam kehidupan bangsa dengan bukti banyaknya candi-candi sebagai salah satu tempat pemujaan mereka. Demikian juga, ketika bangsa-bangsa Eropa datang ke Indonesia. Agama Kristen dan Katholik juga dapat dengan mudah diterima bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia menyambut baik kedatangan Islam di nusantara. Apalalagi, pada masa perjuangan Wali Songo, penyebaran Islam cepat meluas dan diterima dengan baik oleh bangsa Indonesia. Hal ini, karena para wali telah dapat menyebarkan Islam dengan konteks keIndonesian. Dalam artian, bangsa Indonesia tetap saja dapat menjadi orang Indonesia namun dengan memeluk agama Islam. Pendeknya, bangsa Indonesia tidak harus kehilangan ke-Indonesiaan-nya karena memeluk agama Islam.
Sila pertama Pancasila merupakan jiwa dari sila-sila lainnya. Berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan itulah bangsa Indonesia mengimplementasikan sila-sila lainnya. Sila kedua Pancasila misalnya, pada hakekatnya adalah konsep memanusiakan manusia. Dalam Islam, penghormatan akan kemanusiaan menempati tempat yang sangat penting dalam beragama. Bahkan dalam banyak hal, perintah untuk memperhatikan kebutuhan orang lain, memuliakan sesama, menghormati hak-hak manusia, banyak dikaitkan dengan keimanan kita pada Allah Swt dan hari akhir.
Penghormatan terhadap kemanusian dengan cara adil dan beradab, akan menumbuhkan persatuan. Oleh karena itu, sila ketiga Pancasila adalah Persatuan Indonesia. Implementasi kesetaraan sesama manusia dalam sila kedua, akan memunculkan rasa persatuan, karena pengakuan terhadap eksistensi orang lain meskipun berbeda suku, berbeda agama, berbeda warna kulit, bahkan berbeda status sosial maupun ekonominya. Persatuan itulah yang akan membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar dan kuat, serta menghindarkannya dari konflik kemanusian dan perpecahan.
Setelah persatuan dan kesatuan itu terwujud, diperlukanlah tatanan hidup yang dapat mewakili kepentingan semua komponen bangsa. Maka, terwujudlah sila keempat Pancasila, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawartan/perwakilan.
Sila keempat Pancasila, intinya adalah permusyawaratan. Bangsa Indonesia menyadari bahwa dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, tentu tidak bisa lepas dari adanya konflik kepentingan. Setiap suku ingin mendapatkan perhatian, setiap kelompok ingin mendapatkan keadilan, setiap komponen bangsa ingin menunjukkan eksistensinya. Oleh karena itu, semua hal harus dilaksanakan dengan dasar permusyawaratan. Hasil permusyawaratan inilah yang menjadi dasar pelaksanaan pembangunan. Ketika sesuatu telah menjadi kesepakatan, maka semua komponen bangsa harus mentaatinya.
Yang terakhir, adalah sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan hakiki adalah milik Allah Swt, tetapi manusia dengan dasar pertimbangan ketuhanan, kemanusian, persatuan, dan permsyaratan, harus dapat mewujudkan keadilan. Tujuan akhir dari kehidupan berbangsa dan bernegara ini adalah keadilan. Tidak ada gunanya banyak program dilaksanakan, banyak kegiatan kenegaraan dilakukan, kalau pada akhirnya tidak bisa mewujudkan rasa keadilan dalam diri semua komponen bangsa.
Selamat Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2020.
Wallahu'alam.
Pancasila merupakan kristalisasi nilai-nilai keagamaan dan nilai luhur budaya bangsa. Oleh karena itu Pancasila merupakan solusi permasalahan kebangsaan yang muncul diantara komponen bangsa. Pada hakekatnya, Pancasila adalah bangsa Indonesia itu sendiri. Rumusan Pancasila merupakan implementasi nilai-nilai yang sebenarnya sudah ada dan melekat dalam diri bangsa Indonesia.
Sila-sila dalam Pancasila merupakan nilai-nilai yang saling berkaitan. Sila pertama Pancasila merupakan pondasi utama, yang mendasari sila-sila yang lainnya. Sila Ketuhanan yang Maha Esa, merupakan salah satu pengakuan akan religiusitas bangsa Indonesia. Dengan kata lain, pengakuan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang religius.
Dalam buku-buku sejarah di sekolah, diceritakan bahwa bangsa Indoensia telah mengakui keberadaan Tuhan bahkan sejak zaman prasejarah. Bangsa Indonesia meyakini adanya "kekuatan besar" di luar dirinya. Oleh karena itu, mereka lalu mencari dan mencari siapa "kekuatan besar" itu, dengan menggunakan kemampuan rasio mereka sendiri. Maka muncullah animisme dan dinamisme, semata-mata karena belum hadirnya syariat yang menjelaskan siapa pemilik "kekuatan besar" yang mengatur kehidupan mereka itu sendiri.
Dengan kepemilikan dasar-dasar religiusitas yang kuat itulah mengapa agama-agama tumbuh subur di Indonesia. Hindu dan Budha merupakan agama-agama yang lebih dulu datang di Indonesia. Buktinya, banyak kerajaan di nusantara yang meletakkan Hindu dan Budha sebagai agama negara. Hindu dan Budha tumbuh subur dalam kehidupan bangsa dengan bukti banyaknya candi-candi sebagai salah satu tempat pemujaan mereka. Demikian juga, ketika bangsa-bangsa Eropa datang ke Indonesia. Agama Kristen dan Katholik juga dapat dengan mudah diterima bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia menyambut baik kedatangan Islam di nusantara. Apalalagi, pada masa perjuangan Wali Songo, penyebaran Islam cepat meluas dan diterima dengan baik oleh bangsa Indonesia. Hal ini, karena para wali telah dapat menyebarkan Islam dengan konteks keIndonesian. Dalam artian, bangsa Indonesia tetap saja dapat menjadi orang Indonesia namun dengan memeluk agama Islam. Pendeknya, bangsa Indonesia tidak harus kehilangan ke-Indonesiaan-nya karena memeluk agama Islam.
Sila pertama Pancasila merupakan jiwa dari sila-sila lainnya. Berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan itulah bangsa Indonesia mengimplementasikan sila-sila lainnya. Sila kedua Pancasila misalnya, pada hakekatnya adalah konsep memanusiakan manusia. Dalam Islam, penghormatan akan kemanusiaan menempati tempat yang sangat penting dalam beragama. Bahkan dalam banyak hal, perintah untuk memperhatikan kebutuhan orang lain, memuliakan sesama, menghormati hak-hak manusia, banyak dikaitkan dengan keimanan kita pada Allah Swt dan hari akhir.
Penghormatan terhadap kemanusian dengan cara adil dan beradab, akan menumbuhkan persatuan. Oleh karena itu, sila ketiga Pancasila adalah Persatuan Indonesia. Implementasi kesetaraan sesama manusia dalam sila kedua, akan memunculkan rasa persatuan, karena pengakuan terhadap eksistensi orang lain meskipun berbeda suku, berbeda agama, berbeda warna kulit, bahkan berbeda status sosial maupun ekonominya. Persatuan itulah yang akan membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar dan kuat, serta menghindarkannya dari konflik kemanusian dan perpecahan.
Setelah persatuan dan kesatuan itu terwujud, diperlukanlah tatanan hidup yang dapat mewakili kepentingan semua komponen bangsa. Maka, terwujudlah sila keempat Pancasila, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawartan/perwakilan.
Sila keempat Pancasila, intinya adalah permusyawaratan. Bangsa Indonesia menyadari bahwa dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, tentu tidak bisa lepas dari adanya konflik kepentingan. Setiap suku ingin mendapatkan perhatian, setiap kelompok ingin mendapatkan keadilan, setiap komponen bangsa ingin menunjukkan eksistensinya. Oleh karena itu, semua hal harus dilaksanakan dengan dasar permusyawaratan. Hasil permusyawaratan inilah yang menjadi dasar pelaksanaan pembangunan. Ketika sesuatu telah menjadi kesepakatan, maka semua komponen bangsa harus mentaatinya.
Yang terakhir, adalah sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan hakiki adalah milik Allah Swt, tetapi manusia dengan dasar pertimbangan ketuhanan, kemanusian, persatuan, dan permsyaratan, harus dapat mewujudkan keadilan. Tujuan akhir dari kehidupan berbangsa dan bernegara ini adalah keadilan. Tidak ada gunanya banyak program dilaksanakan, banyak kegiatan kenegaraan dilakukan, kalau pada akhirnya tidak bisa mewujudkan rasa keadilan dalam diri semua komponen bangsa.
Selamat Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2020.
Wallahu'alam.
Berketuhanan yang esa
ReplyDeleteIlmu yang sangat bermanfaat. Membuat pembaca makin donk dengan dasar negara tercinta yg konon mulai di abaikan.
ReplyDeleteMonggo sama2 berjuang untuk memahami, mengamalkan dan mempertahankan pancasila.
Matursuwun Yth, Yai Ansori