Mohamad Ansori
Kebahagiaan adalah sesuatu yang paling dicari di muka bumi. Meskipun, tidak semua orang tahu, apakah bahagia itu. Paling tidak, tidak banyak orang yang dapat mendefinisikan dengan baik, apa makna bahagia. Sehingga cara, jalan, arah, dan upaya yang dilakukan untuk mencari bahagia pun menjadi sangat berbeda-beda.
Imam Qurtubi menjelaskan bahwa untuk mencari kebahagiaan di dunia dan diakhirat, paling tidak ada lima perkara. Yaitu, (1) rezeki yang halal, (2) qona'ah, (3) taufiq, (4) sa'adah, dan (5) jannah.
Rezeki yang halal adalah rezeki yang diperoleh dari jalan yang dibenarkan menurut syari'at Islam. Rezeki yang halal menjamin keberkahan. Sebaliknya rezeki yang diperoleh dari cara yang haram, tidak akan menghasilkan keberkahan.
Namun demikian, banyak orang yang mengabaikan halal dan haram dalam mencari rezeki. Mencari yang haram aja sulit, apalagi mencari yang halal, mungkin begitu kata sebagian dari mereka. Seharusnya, pola pikirnya bisa dibalik. Kalau sama-sama sulitnya, kenapa tidak mencari yang halal saja bro?
Sebagian orang juga mengabaikan berkah. Padahal berkah itulah yang menjadi komponen utama penghasil bahagia. Bagaimana tidak, rezeki yang berkah selalu menghasilkan bertambahnya kebaikan. Rezeki berkah membuat keluarga menjadi tambah baik, tambah rukun, anak-anaknya menjadi anak yang sholeh, rumahnya menjadi selaknya surga. Sementara rezeki yang tidak berkah, malah memproduksi kemaksiatan. Semakin banyak rezeki, tidak semakin mendekat pada Allah Swt, tapi sebaliknya justru semakin menjauhkan kita dariNya.
Qonaah adalah sikap menerima dan ridlo akan apa yang diberikan Allah Swt. Ketika mendapatkan rezeki yang banyak, orang-orang qona'ah akan bersyukur dan segera membagikan sebagian rezekinya kepada orang lain yang kekurangan. Sementara ketika sedikit, mereka tidak ngresula, tetap diterima dengan lapang dada, dinikmati apa adanya, tidak berusaha mencari-cari yang tambahan dengan cara yang memberatkan.
Misalnya, ketika seorang qona'ah mendapat penghasilan Rp 50.000,- sehari, maka cukuplah itu yang ia gunakan untuk menyambung hidupnya. Ia merasa cukup dengan makan dengan tahu, tempe, ikan asin, sayur-sayuran, dengan pepaya dan pisang sebagai buahnya. Ia tidak perlu mencari pinjaman hanya untuk membeli daging, lobster, pizza, atau makanan mahal lainnya. Cukuplah apa yang diberikan oleh Allah pada hari itu, ia nikmati seadanya.
Taufiq Allah Swt adalah kesesuaian antara keinginan kita dengan kehendak Allah Swt. Kalau saja kita ingin membeli mobil baru, kita sudah berusaha mengumpulkan uang bertahun-tahun, tapi pada saat uang sudah terkumpul, tiba-tiba ada kebutuhan lainnya, yang lebih mendesak. Ini berarti, bahwa keinginan kita dengan kehendak Allah Swt, tidak sama.
Oleh karena itu, untuk meraih kebahagiaan itu, kita perlu senantiasa berdoa, semoga taufiq Allah Swt hadir dalam kehidupan kita. Sehingga, apa yang kita inginkan, apa yang kita rencanakan, pada akhirnya dapat tercapai, karena sesuai dengan kehendak Allah Swt.
Saadah adalah ketenangan jiwa. Dalam bahasa sederhana, kita sering menyebutnya dengan istilah ayem tentrem. Saadah juga merupakan salah satu syarat meraih bahagia. Orang-orang yang selalu terlibat konflik, tidak memiliki kecocokan dalam kelompoknya, selalu berselisih dengan anggota keluarganya, tentu akan sulit mendapatkan kebagiaan. Meskipun pada saat itu, ia memiliki banyak harta.
Jannah adalah syurga. Syurga adalah tempat yang disediaakan Allah Swt untuk orang-orang yang beriman dan beramal shalih, serta bertakwa. Syurga merupakan tempat dimana kita mendapatkan kebahagiaan yang hakiki dan abadi. Luasnya seluas langit dan bumi, didalamnya terdapat kenikmatan yang lengkap tiada tara.
Firman Allah dalam Al Quran al Karim, yang artinya:
Di dalam Surga kamu memperoleh apa (segala kenikmatan) yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa (segala kenikmatan) yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari (Rabb) Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Fushshilat: 31-32).
Wallahu'alam.
Kebahagiaan adalah sesuatu yang paling dicari di muka bumi. Meskipun, tidak semua orang tahu, apakah bahagia itu. Paling tidak, tidak banyak orang yang dapat mendefinisikan dengan baik, apa makna bahagia. Sehingga cara, jalan, arah, dan upaya yang dilakukan untuk mencari bahagia pun menjadi sangat berbeda-beda.
Imam Qurtubi menjelaskan bahwa untuk mencari kebahagiaan di dunia dan diakhirat, paling tidak ada lima perkara. Yaitu, (1) rezeki yang halal, (2) qona'ah, (3) taufiq, (4) sa'adah, dan (5) jannah.
Rezeki yang halal adalah rezeki yang diperoleh dari jalan yang dibenarkan menurut syari'at Islam. Rezeki yang halal menjamin keberkahan. Sebaliknya rezeki yang diperoleh dari cara yang haram, tidak akan menghasilkan keberkahan.
Namun demikian, banyak orang yang mengabaikan halal dan haram dalam mencari rezeki. Mencari yang haram aja sulit, apalagi mencari yang halal, mungkin begitu kata sebagian dari mereka. Seharusnya, pola pikirnya bisa dibalik. Kalau sama-sama sulitnya, kenapa tidak mencari yang halal saja bro?
Sebagian orang juga mengabaikan berkah. Padahal berkah itulah yang menjadi komponen utama penghasil bahagia. Bagaimana tidak, rezeki yang berkah selalu menghasilkan bertambahnya kebaikan. Rezeki berkah membuat keluarga menjadi tambah baik, tambah rukun, anak-anaknya menjadi anak yang sholeh, rumahnya menjadi selaknya surga. Sementara rezeki yang tidak berkah, malah memproduksi kemaksiatan. Semakin banyak rezeki, tidak semakin mendekat pada Allah Swt, tapi sebaliknya justru semakin menjauhkan kita dariNya.
Qonaah adalah sikap menerima dan ridlo akan apa yang diberikan Allah Swt. Ketika mendapatkan rezeki yang banyak, orang-orang qona'ah akan bersyukur dan segera membagikan sebagian rezekinya kepada orang lain yang kekurangan. Sementara ketika sedikit, mereka tidak ngresula, tetap diterima dengan lapang dada, dinikmati apa adanya, tidak berusaha mencari-cari yang tambahan dengan cara yang memberatkan.
Misalnya, ketika seorang qona'ah mendapat penghasilan Rp 50.000,- sehari, maka cukuplah itu yang ia gunakan untuk menyambung hidupnya. Ia merasa cukup dengan makan dengan tahu, tempe, ikan asin, sayur-sayuran, dengan pepaya dan pisang sebagai buahnya. Ia tidak perlu mencari pinjaman hanya untuk membeli daging, lobster, pizza, atau makanan mahal lainnya. Cukuplah apa yang diberikan oleh Allah pada hari itu, ia nikmati seadanya.
Taufiq Allah Swt adalah kesesuaian antara keinginan kita dengan kehendak Allah Swt. Kalau saja kita ingin membeli mobil baru, kita sudah berusaha mengumpulkan uang bertahun-tahun, tapi pada saat uang sudah terkumpul, tiba-tiba ada kebutuhan lainnya, yang lebih mendesak. Ini berarti, bahwa keinginan kita dengan kehendak Allah Swt, tidak sama.
Oleh karena itu, untuk meraih kebahagiaan itu, kita perlu senantiasa berdoa, semoga taufiq Allah Swt hadir dalam kehidupan kita. Sehingga, apa yang kita inginkan, apa yang kita rencanakan, pada akhirnya dapat tercapai, karena sesuai dengan kehendak Allah Swt.
Saadah adalah ketenangan jiwa. Dalam bahasa sederhana, kita sering menyebutnya dengan istilah ayem tentrem. Saadah juga merupakan salah satu syarat meraih bahagia. Orang-orang yang selalu terlibat konflik, tidak memiliki kecocokan dalam kelompoknya, selalu berselisih dengan anggota keluarganya, tentu akan sulit mendapatkan kebagiaan. Meskipun pada saat itu, ia memiliki banyak harta.
Jannah adalah syurga. Syurga adalah tempat yang disediaakan Allah Swt untuk orang-orang yang beriman dan beramal shalih, serta bertakwa. Syurga merupakan tempat dimana kita mendapatkan kebahagiaan yang hakiki dan abadi. Luasnya seluas langit dan bumi, didalamnya terdapat kenikmatan yang lengkap tiada tara.
Firman Allah dalam Al Quran al Karim, yang artinya:
Di dalam Surga kamu memperoleh apa (segala kenikmatan) yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa (segala kenikmatan) yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari (Rabb) Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Fushshilat: 31-32).
Wallahu'alam.
Comments
Post a Comment