Tidak semua orang bisa bekerja dari rumah. Bahkan orang-orang yang sebenarnya pekerjaannya ada di rumah. Mengapa? Tentu karena semua pekerjaan tentu berkaitan dengan pihak-pihak lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Seorang pengusaha home industry mengaku tidak bisa bekerja selama pandemi C19 ini. Ia bahkan terpaksa merumahkan 3 dari 5 orang karyawannya. Bukan karena ia tidak bisa produksi, tetapi karena hasil produksinya yang masih menumpuk dan ia tidak bisa mengirimkannya ke agen atau grosir dimana biasanya ia mengirim. Maknanya, ia bisa produksi tetapi tidak bisa mendistribusikan produknya. So, lebih baik berhenti.
Beberapa pedagang mengeluhkan hal yang sama. Ia memang biasa bekerja di rumah, sehingga tidak ada anjuran work from home pun ia tetap saja bekerja di rumah. Tapi ya itu, pembelinya mana? Ia tetap saja berjualan di rumah, tapi pembelinya tidak ada yang datang. Sementara, untuk berjualan secara online ia juga belum bisa. Alhasil, ya bertahan bekerja dengan penghasilan sedapatnya.
Dalam hal ini, orang kantoran, para guru, dosen, dan pekerja kantoran dengan penghasilan tetap dan pekerjaannya bisa dikerjakan di rumah, tentu harus bersyukur. Dari sisi penghasilan mereka tentu tidak terdampak. Memang pendapatan mereka tidak bertambah, tetapi juga tidak berkurang. Sementara semua pekerjaannya dapat dilakukan di rumah dengan menggunakan fasilitas internet dan perangkat IT yang dimilikinya.
Para guru cukup memantau tugas yang diberikan pada siswa melalui daring. Tugas diberikan, petunjuk disertakan, media pembelajaran di share, dan para siswa sudah bisa mengerjakan tugasnya baik secara mandiri maupun didampingi orang tua. Tinggal menunggu, hasil kerja siswa yang juga diberikan pada keesokan harinya. Demikian juga para dosen, beliau-beliau dapat juga melakukan yang sama.
Seorang teman, pada masa pandemi ini justru memiliki kesempatan untuk melakukan sesuatu di luar aktivitas rutinnya. Dengan bakat, minat, kemampuan, dan perangkat yang dimilikinya bahkan ada yang sampai bisa membuat barang-barang yang biasanya dibuat dengan biaya mahal. Seorang teman bahkan berhasil membuat pagar stainless steel buatan sendiri selama masa bekerja di rumah ini. Sementara teman yang lainnya membuat kebun mini dengan sistem hidroponik dengan hasil yang membanggakan. Bagaimana tidak selama dua setengah bulan ia membuat kebun hidroponik ini ia telah berhasil panen sawi dan gambas organik hasil kebun hidroponiknya. Teman lain, seorang penulis, bisa menyelesaikan buku kumpulan cerpen dan cerita anak, justru selama "terpaksa" tidak keluar rumah.
Yang paling menarik adalah, ketika saya bertanya pada seorang teman yang terlihat hampir tidak mengerjakan apa-apa selama libur pandemi. Sobat, apa yang sudah kamu kerjakan selama masa tidak keluar rumah ini sobat? Teman-teman kita ada yang berhasil membuat karya dari stainless steel, ada yang berhasil membuat kebun hidroponik, ada yang berhasil menyelesaikan satu kumpulan cerpen, dan sebagainya.
Teman yang terakhir ini hanya tersenyum. Dia kemudian menjelaskan, aku memang tidak melakukan apa-apa, tapi aku telah enam kali khatam al Qur'an selama dua setengah bulan ini. Bahkan, aku berhasil menghafalkan beberapa surat yang cukup panjang, yang selama ini hampir mustahil kulakukan.
Dulunya aku tidak lancar membaca al Quran, padahal aku juga mengaji ketika aku masih muda. Aku juga belajar tajwid, nahwu, dan sharaf. Selama ini aku bisa membaca al Qur'an, tapi aku tidak sempat melakukannya. Waktuku habis oleh pekerjaan dan aktivitas sosialku yang seabreg jumlahnya. Bahkan, sebelum prahara ini, satu juz pun aku ndak bisa menyelesaikannya dalam sehari. Aku gunakan waktuku untuk menumpahkan rindu. Aku gunakan kesempatan yang diberikan Allah Swt ini untuk bercengkrama sepanjang waktu. Dengan ayat-ayatNya, dengan firmanNya, dengan hikmah yang terkandung di dalamnya, dengan rahmat yang datang menyertainya.
Allahu akbar. Ternyata, ada celah yang selama ini tertutup. Oleh prestasi duniawi yang menipu. Bahkan, oleh sesuatu yang menjauhkan dari kebersamaan denganNya.
Wallahu'alam.
Seorang pengusaha home industry mengaku tidak bisa bekerja selama pandemi C19 ini. Ia bahkan terpaksa merumahkan 3 dari 5 orang karyawannya. Bukan karena ia tidak bisa produksi, tetapi karena hasil produksinya yang masih menumpuk dan ia tidak bisa mengirimkannya ke agen atau grosir dimana biasanya ia mengirim. Maknanya, ia bisa produksi tetapi tidak bisa mendistribusikan produknya. So, lebih baik berhenti.
Beberapa pedagang mengeluhkan hal yang sama. Ia memang biasa bekerja di rumah, sehingga tidak ada anjuran work from home pun ia tetap saja bekerja di rumah. Tapi ya itu, pembelinya mana? Ia tetap saja berjualan di rumah, tapi pembelinya tidak ada yang datang. Sementara, untuk berjualan secara online ia juga belum bisa. Alhasil, ya bertahan bekerja dengan penghasilan sedapatnya.
Dalam hal ini, orang kantoran, para guru, dosen, dan pekerja kantoran dengan penghasilan tetap dan pekerjaannya bisa dikerjakan di rumah, tentu harus bersyukur. Dari sisi penghasilan mereka tentu tidak terdampak. Memang pendapatan mereka tidak bertambah, tetapi juga tidak berkurang. Sementara semua pekerjaannya dapat dilakukan di rumah dengan menggunakan fasilitas internet dan perangkat IT yang dimilikinya.
Para guru cukup memantau tugas yang diberikan pada siswa melalui daring. Tugas diberikan, petunjuk disertakan, media pembelajaran di share, dan para siswa sudah bisa mengerjakan tugasnya baik secara mandiri maupun didampingi orang tua. Tinggal menunggu, hasil kerja siswa yang juga diberikan pada keesokan harinya. Demikian juga para dosen, beliau-beliau dapat juga melakukan yang sama.
Seorang teman, pada masa pandemi ini justru memiliki kesempatan untuk melakukan sesuatu di luar aktivitas rutinnya. Dengan bakat, minat, kemampuan, dan perangkat yang dimilikinya bahkan ada yang sampai bisa membuat barang-barang yang biasanya dibuat dengan biaya mahal. Seorang teman bahkan berhasil membuat pagar stainless steel buatan sendiri selama masa bekerja di rumah ini. Sementara teman yang lainnya membuat kebun mini dengan sistem hidroponik dengan hasil yang membanggakan. Bagaimana tidak selama dua setengah bulan ia membuat kebun hidroponik ini ia telah berhasil panen sawi dan gambas organik hasil kebun hidroponiknya. Teman lain, seorang penulis, bisa menyelesaikan buku kumpulan cerpen dan cerita anak, justru selama "terpaksa" tidak keluar rumah.
Yang paling menarik adalah, ketika saya bertanya pada seorang teman yang terlihat hampir tidak mengerjakan apa-apa selama libur pandemi. Sobat, apa yang sudah kamu kerjakan selama masa tidak keluar rumah ini sobat? Teman-teman kita ada yang berhasil membuat karya dari stainless steel, ada yang berhasil membuat kebun hidroponik, ada yang berhasil menyelesaikan satu kumpulan cerpen, dan sebagainya.
Teman yang terakhir ini hanya tersenyum. Dia kemudian menjelaskan, aku memang tidak melakukan apa-apa, tapi aku telah enam kali khatam al Qur'an selama dua setengah bulan ini. Bahkan, aku berhasil menghafalkan beberapa surat yang cukup panjang, yang selama ini hampir mustahil kulakukan.
Dulunya aku tidak lancar membaca al Quran, padahal aku juga mengaji ketika aku masih muda. Aku juga belajar tajwid, nahwu, dan sharaf. Selama ini aku bisa membaca al Qur'an, tapi aku tidak sempat melakukannya. Waktuku habis oleh pekerjaan dan aktivitas sosialku yang seabreg jumlahnya. Bahkan, sebelum prahara ini, satu juz pun aku ndak bisa menyelesaikannya dalam sehari. Aku gunakan waktuku untuk menumpahkan rindu. Aku gunakan kesempatan yang diberikan Allah Swt ini untuk bercengkrama sepanjang waktu. Dengan ayat-ayatNya, dengan firmanNya, dengan hikmah yang terkandung di dalamnya, dengan rahmat yang datang menyertainya.
Allahu akbar. Ternyata, ada celah yang selama ini tertutup. Oleh prestasi duniawi yang menipu. Bahkan, oleh sesuatu yang menjauhkan dari kebersamaan denganNya.
Wallahu'alam.
Dengan adanya c19 ada yg untung banyak yang rugi. Just say New normal
ReplyDeleteYess..panggah sekeco normal....
DeleteSubhanalloh...nikmat iman dan islam yg ada di dada... Yg selama ini kita nomor duakan. Menjelma menjadi Rahmad di saat "kepepet" situasi pandemi.
ReplyDeletePandemi telah mengajari kita bahwa dunia yang selama ini menghabiskan waktu kita telah juga menyita kesempatan berdekat dekat dg Nya.
Matursmbhnuwun pak Ans ilmunya.
Sami-sami Pak Noer...
DeleteAllohu akbar... Mantep semua pak...
ReplyDeletealhamdulillah, matur nuwun...
ReplyDeleteSubhanalloh.. . Itubukan teman tapi panjenengan to P.An yg hafal surat.
ReplyDeleteYes, mantabe'
yen kulo, surat ikhlas bund...hehehe
Delete