Mohamad Ansori
Dalam sebuah diskusi tentang literasi, muncul sebuah pertanyaan dari seorang peserta. "Bapak nara sumber, mana yang lebih bermanfaat, membaca al Qur'an atau membaca buku-buku, menulis artikel atau menjadi penceramah yang berdakwah ke berbagai tempat?"
Pertanyaan ini sebenarnya sederhana. Pertanyaan yang sudah memberikan pilihan jawaban a atau b. Sehingga, untuk menjawabnya kita hanya perlu memilih jawaban pertama atau kedua, dengan sedikit mendeskripsikan alasannya. Tapi sesederhana itu kah? Bagaimana kalau kemudian juga muncul pertanyaa, misalnya : Mana yang lebih bermanfaat, petani atau nelayan, guru atau karyawan, kiai atau tukang batu, teknisi listrik atau tukang sapu?
Sebenarnya pertanyaan itu ada sedikit misoriented. Penanya kayaknya terbiasa melihat dunia ini dengan dua warna pilihan yang monton, yaitu hitam dan putih. Padahal kita tahu, Allah Swt menyediakan ribuan bahkan jutaan warna. Dengan warna-warna itu, dunia ini menjadi begitu indah. Tidak seperti TV di zaman tahun 1990-an, hitam dan putih saja. Saat ini TV tidak hanya hitam putih, atau color, bahkan sudah full color, dengan high definition (HD) dengan 720p resolusi 1280×720 piksel, bahkan sudah ada yang full high definition (FHD) dengan resolusi yang jauh lebih tinggi. Eh, kok jadi ngomongin TV ya? Hehehe...
Saya hanya ingin mengatakan, bahwa segala sesuatu tidak selalu harus diperbandingkan. Semua komponen kehidupan ini punya fungsi dan manfaatnya masing. Yang mana, semuanya saling melengkapi agar kehidupan berjalan dengan jauh lebih baik. Memperbandingkan bermakna mengunggulkan yang satu, dan pada saat yang sama merendahkan yang lain. Tentu, hal ini secara sosial akan membuat friksi di masyarakakat.
Seorang pejabat negara bisa jadi ia sangat bermanfaat bagi negaranya. Ia bisa menjadi pemimpin yang adil, yang kebijakannya memproteksi rakyat baik dari kedzaliman, ketidakadilan, kebodohan, kemiskinan, dan keterpinggiran. Tapi, di lain tempat kita bisa melihat, betapa ada pejabat yang justru menyengsarakan rakyat. Kebijakannya kacau, ekonomi negara morat marit, rakyat hidup sengsara, bahkan begitu banyak pejabat yang justru memanfaatkan kekayaan negera untuk kehidupan pribadinya. Kalau begitu, mana yang lebih bermanfaat?
Dalam sebuah diskusi imaginasi, roda sepeda motor berkata, aku yang paling penting. Karena tanpa roda bagaimana sepeda motor dapat berjalan. Sang mesin juga berkata, aku yang lebih penting, karena tanpa aku motor juga tidak dapat berjalan. Bahan bakar juga berkata, aku yang lebih penting, karena tanpa aku mesin tidak bisa menyala. Kalau begitu, mana yang paling penting dan paling bermanfaat?
Demikian juga dengan posisi kita. Sekali lagi, tidak semua hal bisa diperbandingkan. Biarlah para ustadz berkwah, mengajak kebaikan, dengan cara dan metodenya. Karena kebaikan dapat muncul dari mendengarkan ceramah-ceramah mereka yang mencerahkan dan menyejukkan. Biarlah para penulis tetap menulis, karena sebagian orang justru lebih tertarik dari membaca tulisan daripada hanya mendengarkan. Membaca al Qur'an adalah hal yang paling utama bagi setiap muslim, tetapi tidak semua orang dapat memahami maknanya, sehingga ia butuh ulama untuk menjelaskannya. Pada saat yang sama, seseorang juga perlu membaca buku-buku teknik, agar listrik tetap dapat menyala, sehingga para kiai dapat mengaji, dan para santri dapat belajar darinya.
Intinya, membandingkan manfaat sudah tidak lagi diperlukan. Saling melengkapi adalah yang kita butuhkan. Berkolaborasi dengan berbagai keahlian dan peran, akan membuat hidup kita menjadi lebih baik dan sejahtera.
Sabda Nabi Muhammad Saw :
Dalam sebuah diskusi tentang literasi, muncul sebuah pertanyaan dari seorang peserta. "Bapak nara sumber, mana yang lebih bermanfaat, membaca al Qur'an atau membaca buku-buku, menulis artikel atau menjadi penceramah yang berdakwah ke berbagai tempat?"
Pertanyaan ini sebenarnya sederhana. Pertanyaan yang sudah memberikan pilihan jawaban a atau b. Sehingga, untuk menjawabnya kita hanya perlu memilih jawaban pertama atau kedua, dengan sedikit mendeskripsikan alasannya. Tapi sesederhana itu kah? Bagaimana kalau kemudian juga muncul pertanyaa, misalnya : Mana yang lebih bermanfaat, petani atau nelayan, guru atau karyawan, kiai atau tukang batu, teknisi listrik atau tukang sapu?
Sebenarnya pertanyaan itu ada sedikit misoriented. Penanya kayaknya terbiasa melihat dunia ini dengan dua warna pilihan yang monton, yaitu hitam dan putih. Padahal kita tahu, Allah Swt menyediakan ribuan bahkan jutaan warna. Dengan warna-warna itu, dunia ini menjadi begitu indah. Tidak seperti TV di zaman tahun 1990-an, hitam dan putih saja. Saat ini TV tidak hanya hitam putih, atau color, bahkan sudah full color, dengan high definition (HD) dengan 720p resolusi 1280×720 piksel, bahkan sudah ada yang full high definition (FHD) dengan resolusi yang jauh lebih tinggi. Eh, kok jadi ngomongin TV ya? Hehehe...
Saya hanya ingin mengatakan, bahwa segala sesuatu tidak selalu harus diperbandingkan. Semua komponen kehidupan ini punya fungsi dan manfaatnya masing. Yang mana, semuanya saling melengkapi agar kehidupan berjalan dengan jauh lebih baik. Memperbandingkan bermakna mengunggulkan yang satu, dan pada saat yang sama merendahkan yang lain. Tentu, hal ini secara sosial akan membuat friksi di masyarakakat.
Seorang pejabat negara bisa jadi ia sangat bermanfaat bagi negaranya. Ia bisa menjadi pemimpin yang adil, yang kebijakannya memproteksi rakyat baik dari kedzaliman, ketidakadilan, kebodohan, kemiskinan, dan keterpinggiran. Tapi, di lain tempat kita bisa melihat, betapa ada pejabat yang justru menyengsarakan rakyat. Kebijakannya kacau, ekonomi negara morat marit, rakyat hidup sengsara, bahkan begitu banyak pejabat yang justru memanfaatkan kekayaan negera untuk kehidupan pribadinya. Kalau begitu, mana yang lebih bermanfaat?
Dalam sebuah diskusi imaginasi, roda sepeda motor berkata, aku yang paling penting. Karena tanpa roda bagaimana sepeda motor dapat berjalan. Sang mesin juga berkata, aku yang lebih penting, karena tanpa aku motor juga tidak dapat berjalan. Bahan bakar juga berkata, aku yang lebih penting, karena tanpa aku mesin tidak bisa menyala. Kalau begitu, mana yang paling penting dan paling bermanfaat?
Demikian juga dengan posisi kita. Sekali lagi, tidak semua hal bisa diperbandingkan. Biarlah para ustadz berkwah, mengajak kebaikan, dengan cara dan metodenya. Karena kebaikan dapat muncul dari mendengarkan ceramah-ceramah mereka yang mencerahkan dan menyejukkan. Biarlah para penulis tetap menulis, karena sebagian orang justru lebih tertarik dari membaca tulisan daripada hanya mendengarkan. Membaca al Qur'an adalah hal yang paling utama bagi setiap muslim, tetapi tidak semua orang dapat memahami maknanya, sehingga ia butuh ulama untuk menjelaskannya. Pada saat yang sama, seseorang juga perlu membaca buku-buku teknik, agar listrik tetap dapat menyala, sehingga para kiai dapat mengaji, dan para santri dapat belajar darinya.
Intinya, membandingkan manfaat sudah tidak lagi diperlukan. Saling melengkapi adalah yang kita butuhkan. Berkolaborasi dengan berbagai keahlian dan peran, akan membuat hidup kita menjadi lebih baik dan sejahtera.
Sabda Nabi Muhammad Saw :
Artinya : “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ No:3289).
Semua orang bisa bermanfaat pada posisinya masing-masing. Baik sebagai pejabat atau rakyat, pemimpin atau yang dipimpin, hartawan atau karyawan, guru atau murid. Semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi khoirunnas, dengan tanpa membandingkan posisi yang dimilikinya.
Wallah'alam.
Super sekali yai Ans... Sanget berbobot.. Tulisan dan isinya. Nikmat.
ReplyDeleteMantap pak... Sangat bagus...
ReplyDeletePoko e hebat ...
ReplyDelete