Mendidik tidak hanya mengajar. Mendidik lebih banyak mendampingi, memotivasi, menginpirasi, dan membimbing siswa sambil mentransfer pengetahuan. Sehingga, dalam konteks mendidik, tranfer pengetahuan "hanya" merupakan satu unsur dari banyak unsur lainnya. Oleh karena itu, sebagai seorang pendidik, guru tidak hanya bertugas menyampaikan materi pembelajaran, tetapi juga memastikan bahwa laju perkembangan kearah kedewasaan tidak mandeg atau melenceng dari track yang telah ditetapkan.
Dalam hal tugas mendidik, membimbing, mengarahkan, serta melatih siswa, seorang guru menjalankan tugasnya dengan permasalahan yang lebih kompleks dan rumit. Setiap siswa adalah pribadi yang unik, yang memiliki sifat, karakter, dan kemampuan yang berbeda. Sementara itu, setiap siswa juga memiliki latar belakang kehidupan keluarga, pertemanan, dan pergaulan yang berbeda. Sehingga sebenarnya input yang ada di sekolah, meskipun mungkin telah diawali seleksi masuk dan pengelompokkan dengan pola tertentu, tetap saja merupakan individu-individu yang berbeda dengan segala kelemahan dan kelebihannya.
Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005, tugas utama guru sebagaimana dijelaskan dalam Bab I Ayat 1 undang-undang tersebut adalah sebagai berikut: guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Dalam hal tugas mendidik, membimbing, mengarahkan, serta melatih siswa, seorang guru menjalankan tugasnya dengan permasalahan yang lebih kompleks dan rumit. Setiap siswa adalah pribadi yang unik, yang memiliki sifat, karakter, dan kemampuan yang berbeda. Sementara itu, setiap siswa juga memiliki latar belakang kehidupan keluarga, pertemanan, dan pergaulan yang berbeda. Sehingga sebenarnya input yang ada di sekolah, meskipun mungkin telah diawali seleksi masuk dan pengelompokkan dengan pola tertentu, tetap saja merupakan individu-individu yang berbeda dengan segala kelemahan dan kelebihannya.
Dalam melaksanakan tugas, tentu guru akan menghadapi persoalan-persoalan. Baik itu berkaitan dengan psikologi siswa, latar belakang kehidupan siswa yang berbeda dari idealisme pendidikan, kurang sinkronnya keinginan orang tua dan program-program sekolah, dan sebagainya. Ketika sekolah memprogramkan kewajiban sholat jama'ah bagi siswa di sekolah, seharusnya orang tua melanjutkan dengan kewajiban, atau paling tidak himbauan, untuk shalat jama'ah di masjid, mushola atau mengajaknya shalat jama'ah di rumah. Namun demikian, sebagian orang tua justru abai terhadap hal itu. Bahkan, tidak mendukung sama sekali program sekolah, yang sebenarnya akan sangat bermanfaat bagi anaknya.
Dalam hal ini, guru menghadapi tantangan dalam menjalankan tugas membimbing siswa. Guru menghadapi situasi yang tidak ideal, dan memerlukan kebijakan internal untuk menghadapinya. Guru tidak boleh mengedepankan punishment siswa, terkait pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan. Seharusnya, terlebih dahulu mengetahui, mengapa siswa abai terhadap arahan dan bimbingan guru. Setelah mengetahui pokok permasalahannya, barulah guru menentukan langkah-langkah konkrit untuk melanjutkan program pembimbingan. Jalinan kerjasama dengan orang tua, dan pihak-pihak yang berkaitan secara langsung atau tidak terhadap "perilaku" anak diperlukan oleh guru, sebagai langkah konstruktif untuk mengatasi persoalan anak.
Ketika ada seorang siswa yang sering terlambat ke sekolah, atau bahkan sering absen tanpa alasan, tidak sepaturnya guru langsung menjustifikasi anak sebagai anak malas. Bisa jadi di rumah ia sulit beristirahat, atau di rumah ia harus membantu orang tuanya bekerja, atau secara medis anak itu mengalami kesulitan tidur atau masalah-masalah kesehatan lainnya sehingga ia sulit beristirahat. Sebelum menuntukan langkah penyelesaian masalah anak, guru harus lebih dulu mengumpulkan informasi yang cukup tentang apa yang sesungguhnya terjadi. Sekolah memang harus diutamakan, tetapi dalam kondisi tertentu, bisa jadi seorang anak harus berbagi waktu dan peran, sehingga dengan "terpaksa" ia tidak bisa fokus belajar.