Produktif Menulis di Masa Pandemi

Masa pandemi, dimana kita diberi kesempatan work from home, sejatinya merupakan kesempatan untuk lebih produktif dalam menulis. Paling tidak, ada kesempatan yang lebih dibanding pada saat kita harus berbagi waktu dengan rutinas wajib kita di masa normal. Terutama bagi para akademisi, secara teoritis, waktu dan kesempatan untuk membaca dan menulis tentunya jauh lebih banyak. Apalagi, kemudahan-kemudahan akses untuk mencari referensi juga semakin banyak, sehingga sang peramu akan lebih mudah membuat "masakan yang enak" karena tersedianya banyak bahan dan bumbu.

Dr. Maulidia Ulfah dalam Diskon (Diskusi Online) yang diselenggarakan oleh LPPM IAIN Ponorogo dengan tema “Literasi di Masa Pandemi: Dari Usia Dini hingga Akademisi” menjelaskan tips menggali literasi di masa pandemi, dengan menggunakan kata PANDEMIS sebagai akronimnya. Menurutnya, tips untuk lebih aktif di masa pandemi adalah sebagai berikut.

P : Passion. Dalam bahasa Indonesia, passion artinya gairah. Tepatnya, pada hal-hal apa yang membuat anda senang. Tentu, orang yang satu dengan orang lain memiliki passion yang berbeda. Seseorang mungkin sangat tertarik dengan politik, maka menulislah tentang politik. Orang lain tertarik dengan pendidikan, nulislah tentang pendidikan.

A : Akses. Yaitu pemenuhan akses literasi seluas-luasnya, baik itu melalai penyediaan sumber bacaan cetak maupun digital. Hal ini sangat penting, karena menulis itu seperti menembakkan pistol. Artinya membutuhkan amunisi atau peluru. Dan, membaca adalah upaya menyediakan pelurunya. Semakin banyak membaca, orang akan semakin menulis. Karena, bahan-bahan tulisannya sudah tersedia di salah satur ruang pemikiran atau otaknya.

N : Near and Necessary, artinya dekat. Artinya, menulis sebaiknya berangkat dari hal-hal yang paling dekat dan paling dibutuhkan. Misalnya, bagi seorang guru, hal yang paling dekat dengan dirinya adalah masalah pendidikan. Sehingga, bagi dia, yang paling tepat adalah adalah menulis tentang pendidikan. Misalnya lagi, orang yang hobi akan tanaman, maka sebaiknya ia juga menulis tentang tanaman, karena hal itu yang paling dekat dengan dirinya.

D : Diligent. Seorang penulis harus rajin menulis. Sebagaimana seorang petani juga harus rajin menanam dan memilihara tanamannya, memberinya pupuk, menjaga dari hama dan gulma, dan seterusnya. Seorang penulis harus mempunya motivasi yang kuat, jika perlu ditargetkan setiap masa tertentu dengan sekian paragraf atau halaman. Mengapa, karena kerajinannnya itu akan membuatnya semakin trampil dan mahir. Kata-katanya akan nyambung dan berkaitan. Kalimatnya akan menarik dan mudah dipahami oleh pembacanya.

E : Early. Maksudnya, seorang penulis harus mulai dari saat ini. Jika telah memiliki keinginan menulis, lakukanlah. Jangan menunggu nanti, besuk, apalagi besuk lusa. Mengapa? Karena bisa saja beberapa waktu penundaan itu akan menghilangkan ide dan mood dalam menulis. Yang akhirnya, "ndak jadi deh, menulisnya...."

M : Mudah. Selama ini, banyak orang berpendapat bahwa menulis hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang pandai. Agar dapat menulis dengan baik, kita harus mengubah mindset itu. Yakinlah bahwa menulis itu mudah, sehingga siapa pun dapat melakukannya. Keyakinan itu akan menimbulkan inner motivation, sehingga seseorang akan menulis dengan penuh semangat.

I : Istiqomah. Dalam banyak hal, ternyata istiqomah ini menentukan keberhasilan banyak orang. Banyak orang yang tidak pandai, tapi karena tekad dan ke-istiqomahannya, ia dapat meraih suatu prestasi. Bukankah al istiqomatu khoirun min alfi karomah? Dengan istiqomah lima paragraf satu hari, maka dalam satu minggu sudah akan kita sudah akan dapat menghasilkan beberapa halaman. Artinya, dalam satu tahun mungkin sudah mendapat lebih dari 150 halaman. Luar biasa kan?

S : Sabar. Diperlukan kesabaran yang luar biasa untuk konsisten menulis. Tanpa kesabaran, kita akan malas menulis apalagi ketika ide semakin habis. Padahal, dalam setiap jengkal tanah kita berpijak, dalam setiap detik waktu yang kita miliki, terdapat ide-ide menulis yang dapat kita kembangkan.

Namun, apapun yang terjadi, semua motivasi dari luar, seminar, workshop, atau diskusi dengan para pakar, semuanya hanya merupakan charger saja. Sehingga, semuanya tetap bergantung pada kita. Mulai dari yang mudah, mulai dari yang paling disukai, dan yang terpenting, mulai lah dari sekarang. Selamat menulis.

Comments

Post a Comment