Membangun Kompetensi Kolaborasi

Pembelajaran Abad 21 menyarankan empat kompetentsi yang harus dikuasai oleh siswa, salah satunya adalah kompetensi kolaborasi. Mengapa kompetensi ini penting untuk dikuasai? Karena mau tidak mau, para siswa harus bekerja sama dengan orang lain dalam kehidupan mereka. Hampir tidak ada pekerjaan yang dapat dilakukan sendiri oleh manusia pada Abad 21 ini, jika mereka ingin bekerja profesional dan menghasilkan output yang maksimal.

Menurut Emily R. Lai, kolaborasi adalah keterlibatan bersama dalam upaya terkoordinasi untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Interaksi kolaboratif ditandai dengan tujuan bersama, struktur yang simeteris dengan negosiasi tingkat tinggi melalui intertivitas dan adanya saling ketergantungan. Kolaborasi adalah bekerjasama bukan bekerja bersama-sama. Bisa jadi paricipant nya mengerjakan hal yang berbeda, tetapi tujuannya adalah sama, yaitu menyelesaikan persoalan yang sama. Dalam kolaborasi dibutuhkan struktur yang simetris, sehingga semua pekerjaannya dapat dilakukan secara teratur, terstruktur, dan terukur. Teratur karena dikerjakan dengan pola-pola tertentu, terstruktur karena ada pencabangan dan job discription yang jelas, dan terukur karena memiliki target yang ingin dicapai.

Realistasnya, semua pekerjaan di masa sekarang membutuhkan kolaborasi. Dalam sebuah perusahaan yang bonafid, setiap orang akan bekerja pada bidangnya masing-masing. Bahkan pada saat rekrutmen karyawan, perusahaan sudah bisa menjelaskan bagian apa saja yang membutuhkan karyawan, apa spesifikasinya, bagaiamana cara bekerjanya, kapan dan berapa jam sehari dalam bekerja. Hampir tidak ada satu karyawan di perusahaan-perusahaan bonafid yang bekerja sendiri dari produksi sampai distribusi. Semua hal dikerjakan dengan spesialisasi untuk kemudian dirangkai menjadi satu produk yang siap distribusi.

Dewasa ini, kolaborasi tidak terbatas ruang dan waktu. Orang-orang dari negara yang berbeda, bekerja pada perusahaan yang sama, meskipun mereka tidak berada pada tempat yang sama. Bahkan, dengan bantuan teknologi infomasi, orang-orang bekerja secara digital dengan tidak mengetahui bosnya. Mereka hanya mengerjakan sesuatu berdasarkan guideline yang sudah diberikan bos, mengerjakannya di rumah, lalu mengirimkan hasil kerjanya ke akun virtual tertentu, dan kemudian mendapatkan "bayaran" secara virtual juga menggunakan pembayaran elektronik seperti pay pal, ovo, gopay, dan sebagainya. 

Untuk meningkatkan kompetensi kolabarasi, para guru dapat melaksanakan tugas sekolah yang berbasis team work, yaitu collaborative team work learning. Penerapan pembelajaran ini akan menyadarkan siswa, bahwa tidak semua orang memiliki ide, gagasan, sudut pandang, pemahaman, dan cara kerja yang sama. Pembelajaran berbasis team work ini juga mengajarkan pada siswa cara mengkoordinasikan kemampuan dan kekuatan yang dimiliki, mengatasi masalah yang timbul dari persoalan itu, dan bekerjasama menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Selain itu, siswa juga belajar membagi tugas sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anggota kelompoknya. Pada akhirnya, mereka juga harus bisa mengkolaborasikan hasil kerjasama mereka, menjadi satu produk yang diharapkan.

Menurut I Wayan Merta Jiwa (2013) sebagaimana dimuat dalam e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Administrasi Pendidikan(Volume 4 Tahun 2013) 
 Collaborative Teamwork Learning merupakan suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan bekerja secara kolaboratif dalam tim. Konsep belajar ini yaitu satu kelompok bekerja sama memecahkan suatu permasalahan dimana setiap siswa saling menyumbangkan pemikirannya masing-masing dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara berkelompok.

Secara historis, pembelajaran seperti ini sudah sering kita dapatkan jauh sebelum kita memasuki Abad 21. Para guru di era 1970, 1980, atau 1990-an, seringkali memberikan tugas "kerja kelompok" yang harus dikerjakan oleh semua anggota kelompok di luar jam pelajaran. "Kelompok-an" tersebut biasa berupa tugas-tugas mata pelajaran kesenian atau ketrampilan. Di sekolah para siswa diminta membuat kelompok berdasarkan kedekatan tempat tinggal, kemudian akan bertemu dan bekerjasama di salah satu rumah siswa yang disepakati. Dalam hal ini, guru memberikan waktu antara satu sampai dua minggu untuk mengerjakan tugas sehingga mereka dapat menyepakati waktu dan tempat yang tepat untuk bekerjasama. Hasilnya akan dikumpulkan pada guru dengan penilaian yang sama untuk masing-masing siswa. Dengan demikian, sudah sepatutnya kita menyiapkan kompetensi kolaborasi anak-anak kita, dengan tidak meninggalkan "kearifan lokal" yang telah diajarkan guru-guru kita dimasa lalu. (ans)

Comments