Memvariasikan Kompetisi di Kelas

Salah satu yang menarik bagi anak adalah kompetisi. Kompetisi memacu motivasi. Kompetisi membuat suasana menjadi hidup. Apalagi jika kompetisi itu tidak melibatkan kepentingan lain seperti ke
pentingan prestasi guru, gengsi orang tua, atau pemahaman yang salah dari makna asli kompetisi. Kompetisi akan sangat produktif memacu semangat lebih baik jika dikelola dengan baik, jujur, dan profesional.

Setiap siswa kita di kelas, juga menginginkan posisi lebih baik. Hal itu tentu merupakan hal alamiah yang harus dikelola dengan sebaik-baiknya oleh para guru. Mungkin tidak semua anak memementingkan posisi atau prestasi itu, tapi paling tidak pada umumnya mereka ingin menjadi yang terbaik. Memang ada juga anak-anak yang slow down, "ndak mikir" prestasi itu apa, yang penting belajar, bermain, dan tertawa bersama teman-temannya di sekolah.

Namun demikian guru tetap harus memberikan penghargaan bagi mereka yang berprestasi. Ini merupakan bagian dari punishment and reward, agar usaha anak yang belajar dan bekerja keras mendapatkan penghargaan yang layak. Jika tidak, upaya itu tentu akan menjadi sia-sia dan motivasi belajar anak tidak akan tumbuh dengan baik.

Anak-anak dengan nilai akademis terbaik, tetap harus mendapatkan penghargaan yang layak. Meskipun, penghargaan tidak harus berdasarkan nilai akademis itu sendiri. Paling tidak, nilai akademis bukan satu-satunya tolok ukur prestasi anak. Setiap anak dibekali Allah Swt dengan berbagai macam kelebihannya. Sehingga, setiap anak memiliki kelebihannya masing-masing.

Bisa jadi seorang anak lemah dalam pelajaran matematika, tetapi bagus dalam pelajaran bahasa dan sastra. Anak yang lain bagus dalam ilmu pengetahuan sosial, tetapi lemah dalam mata pelajaran lainnya. Ada juga anak yang lemah hampir dalam semua bidang studi akademisnya, tapi anak itu memiliki fisik yang sehat, lari yang cepat, dan jago dalam sepak bola. Bahkan ada anak yang seolah-olah tidak memiliki prestasi apapun, tetapi memiliki sikap yang baik, sopan, santun, disiplin, dan menghargai orang lain. Dalam hal, tetap saja guru haru menghargainya sebagai prestasi.

Pada kenyataannya, pada saat dewasa nanti, tidak semua peran dapat diambil orang yang berprestasi di bidang akademis. "Pelayan-pelayan" masyarakat di desa-desa, justru biasanya berasal dari orang-orang yang ketika masih anak-anak tidak cukup berprestasi dalam bidang akademis. Tetapi mereka memili simpati dan empati yang baik dalam berbagai permasalahan di desa. Mereka lalu menjadi "orang-orang baik" di desa, yang mau "ngopeni" masyarakat desa dengan segala persoalannya. Sementara sebagian "anak-anak" pintar sibuk dengan segala macam "project" yang belum tentu menyentuh kepentingan masyarakat secara luas.

Itulah mengapa orang-orang Jawa membedakan orang "pinter" dan orang "temen". Orang "pinter" belum tentu "temen", demikian pula orang "temen" belum tentu "pinter". Idealnya, masyarakat membutuhkan orang-orang "pinter' dan "temen", tapi jika realistnya sulit, maka orang-orang "temen" lebih dihargai masyarakat daripada orang-orang "pinter" yang seringkali "minteri".

Dalam konteks pembelajaran, para guru harus bisa menghargai semuanya. Penghargaan terhadap semua kemampuan anak didik ini akan sangat produktif untuk meningkatkan motivasi belajar mereka. Dengan penghargaan itu anak didik akan merasakan dirinya berharga, sehingga akan memiliki kebanggan dan harga diri.

Bagaimana caranya? Salah satunya dengan "memvariasikan kompetisi di kelas". Guru dapat berkreasi dengan menciptakan variasi kompetisi. Kadang-kadang guru memberikan reward pada anak yang memiliki nilai matematika terbaik, pada saat yang lain reward diberikan pada anak-anak dengan nilai bahasa Indonesia dan Sastra yang paling bagus, pada saat lainnya memberikan reward pada anak yang memiliki prestasi di bidang olah raga. Bahkan, jika perlu, para guru dapat memberikan penghargaan pada anak yang "paling disiplin", atau anak yang datangnya "tidak pernah terlambat" pada suatu periode tertentu. Yang terpenting, para guru harus menghargai setiap capaian dari seorang anak didik. (ans)

Comments

Post a Comment