Merdeka Mendidik

Program merdeka belajar juga berarti merdeka mendidik. Artinya, guru dan sekolah dapat membuat program apa saja, asal tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat dicapai. Tentu tetap dengan memperhatikan proses pembelajaran yang dijalankan. Karena dimaklumi, mendidik tidak hanya berorientasi pada hasil, tapi juga proses. Proses yang baik akan menghasilkan output yang baik, sementara proses yang kurang baik, juga akan menghasilkan output yang tidak baik. Meskipun, sudah sering kita temui, output yang terpaksa "dibaik-baikin" untuk tujuan dan kepentingan tertentu.



ilustrasi :
 disdik.purwakartakab.go.id
Merdeka mendidik sebenarnya memberikan kemudahan pada guru. Guru bisa berkreasi sesuai dengan perencanaan masing-masing, tidak terikat dengan formalitas yang kuat. Paling tidak, kewajiban-kewajiban formal dan administrasi guru akan sangat terkurangi. Contoh konkritnya adalah berkaitan dengan RPP. Saat ini, RPP sudah tidak harus berlembar-lembar lagi, menyertakan materi, menyertakan foto-foto atau gambar media pembelajaran, soal evaluasi, penilaian proses, dan seterusnya. RPP dalam format baru, hanya memerlukan satu lembar kertas yang berisi tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran (kegiatan), dan penilaian pembelajaran.

Merdeka belajar juga berarti bahwa pembelajaran harus efektif, efisien, dan berorientasi pada siswa. Pembelajaran efektif berarti bahwa pembelajaran harus pada hari itu harus dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada hari itu. Dalam hal ini ukurannya jelas, yaitu apakah tujuan pembelajaran yang ditetapkan tercapai atau tidak. Pembelajaran efisien berarti pembelajaran yang hemat akan sumber daya yang diperlukan. Guru memiliki waktu yang lebih banyak untuk mendampingi siswa daripada hanya mengerjakan administrasi pembelajaran yang sangat membebaninya. Sedangkan berorientasi pada siswa diartikan bahwa setiap pembelajaran adalah student centered, berpusat pada siswa. Sehingga, peran siswa lebih dominan pada kegiatan pembelajaran, tidak hanya guru yang senantiasa berceramah sepanjang pembelajaran.

Namun demikian, guru tidak boleh "lepas tangan" dan membiarkan siswa belajar sendiri. Bagaimanapun siswa tetap saja siswa, keinginan untuk "tidak belajar" dan menggantinya dengan "bermain" juga akan cukup besar. Guru tetap harus memanage kelas sehingga semua kegiatan siswa dapat terstruktur dan terukur. Selain itu guru juga harus memerankan diri sebagai pembimbing yang dapat mengarahkan dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. Apalagi, jika di dalam kelas juga terdapat siswa yang membutuhkan perhatian khusus, maka peran guru dalam membimbing akan semakin besar. Dengan kata lain, guru tidak boleh serta merta sering meninggalkan siswa dengan alasan agar peran siswa dalam kegiatan pembelajaran lebih dominan.

Merdeka mengajar akan memberikan tanggung jawab yang lebih besar pada guru. Baik buruknya pembelajaran dan outputnya di dalam kelas, benar-benar merupakan tanggung jawab guru. Dalam hal ini guru hampir tidak punya alasan lagi untuk "ngeles" dengan alasan masih mengerjakan tugas administrasi ini dan itu. Guru sudah dibebaskan dari tugas administrasi yang ruwet dan berat, dan hanya menjalankan tugas mengajar saja. Oleh karena itu setiap guru harus dapat mempertanggungjawabkan "amalnya" masing-masing ketika periodisasi pembelajaran berakhir.

 Dalam melaksanakan tugasnya di era merdeka belajar, guru harus melaksanakan pembelajaran secara dinamis. Pembelajaran dinamis mensyaratkan adanya guru yang kreatif dan inovatif. Jika semula yang disebut inovasi pembelajaran mungkin telah ditetapkan dengan metode ini dan itu, atau strategi ini dan itu, atau pendekatan ini dan itu, di era ini guru boleh mengkreasi dan menginovasinya sendiri. Dengan catatan tetap mengacu pada kurikulum yang ditetapkan, tetap berdasar pada kompetensi dasar yang ditentukan, dan dalam rangka mencapai tujuan yang telah direncanakan. Sekali lagi bukan semerdeka-merdekanya, sehingga menjadikan pembelajaran yang "awut-awutan". (ans)

Comments

  1. Siiiip cak.
    Jadi ingat dibuku prof ngainun Naim disebutkan ada guru inspiratif, guru kurikulumdan guru yg dlm prakteknya tidak membawa pengaruh apa2.

    ReplyDelete
  2. Dalem ini yii... KAMAD bingit... Guru wajib mmbaca ini..

    Ttd
    Kemendikbud

    ReplyDelete

Post a Comment