Sembilan Nilai Utama Gus Dur (Part 1)

Gus Dur manusia pilihan. Baik pada saat beliau masih hidup, atau sekarang ketika beliau sudah meninggal, tetap saja menjadi bahan pembicaraan yang sangat pantas untuk didiskusikan. Pada masa hidupnya, Gus Dur adalah manusia dengan trah kiai besar dan luar biasa. Kakeknya, adalah sang Hadratusy Syech KH Hasyim Asy'ari, pendiri Jamiyah Nadlatul Ulama, sebuah organisasi sosial keagamaan terbesar di dunia. Ayahnya, adalah KH Wachid Hasyim, salah seorang anggota PPKI yang ikut merumuskan Pancasila, Dasar Negara Republik Indonesia. Gus Dur sendiri adalah Presiden Ke-4 RI yang meskipun hanya menjabat selama 2 tahun, telah meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi perkembangan demokrasi, kemanusiaan, kesetaraan, pluralisme, persatuan, dan persaudaraan. 

Para Gusdurian (pencinta Gus Dur), mencatatat ada sembilan nilai utama yang diamalkan dan diajarkan Gus Dur. Sembilan nilai itu adalah ketauhidan, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan, pembebasan, kesederhanaan, persaudaraan, keksatriaan, dan kearifan lokal. Sembilan nilai itu merupakan nilai-nilai utama yang diperjuangkan Gus Dur, tidak hanya untuk Indonesia, tetapi untuk Perdamaian Dunia.

Sebagai muslim, ketauhidan merupakan hal pertama yang harus ditanamkan pada diri manusia. Ketauhidan merupakan landasan utama untuk menguraikan dan mengamalkan nilai-nilai yang lainnya. Pada prinsipnya, ketauhidan adalah pengakuan atas ke-esa-an Allah Swt. Pengakuan itu tidak hanya berarti bahwa kita harus menafikkan ketuhanan yang lainnya, tetapi juga harus menyatukan tujuan kita. Kalimat tauhid laa ilaha illallah bermkna tidak ada Tuhan selain Allah, baik dalam dzatnya maupun kekuasaanNya. Oleh karena itu, dalam segala hal, niat dan tujuan kita haruslah padaNya saja. Bekerja, belajar, beribadah, dan semua yang kita lakukan, haruslah didasari dengan kalimat "Allah tujuankku".

Kemanusiaan merupakan hal kedua yang harus diperjuangkan. Sebagai manusia, kita harus dapat memanusiakan manusia lain. Kalau kita bisa merasakan sakit, lapar, haus, atau lelah, maka orang lain juga pasti meraskan hal yang sama. Sehingga, sehebat apapun posisi kita, tetap saja, pertimbangan kemanusiaan menjadi hal yang utama. Mana kala kita menjadi seorang pejabat, kita harus sadar, bahwa pembantu-pembantu kita, pekerja-pekerja, staf-staf kita, semuanya adalah manusia yang sama. Yang juga memiliki hati, perasaan, harga diri, dan sebagainya. Oleh karena itu, jangan karena kedudukan kita, kita bisa merendahkan orang lain dengan seenaknya.

Nilai utama ketiga adalah keadilan. Keadilan berarti tengah atau seimbang. Keseimbangan berarti proporsional. Sifat adil sangat diperlukan untuk menegakkan kebenaran dalam kehidupan. Setiap pejabat, terutama para hakim, harus menggunakan pertimbangan keadilan sebagai landasan untuk mengambil keputusan. Dengan keadilan yang ditegakkan kehidupan bermasyarakat akan dapat berlaku dengan baik. Siapapun dia, rakyat atau pejabat, kaya atau miskin, akan mendapatkan perlakuan yang sama dalam kehidupan yang berkeadilan. Keadilan adalah salah satu asma'ul husna, yaitu al-adl, yang artinya Yang Maha Adil. 

Yang keempat adalah kesetaraan. Kesetaraan memiliki makna "memiliki nilai atau harga yang sama". Dengan kesetaraan, semua manusia memiliki kesempatan yang sama, baik dalam meraih posisi, prestasi, bahkan dalam meraih derajat takwa. Setiap manusia adalah keturunan Nabi Adam dan Ibu Hawa, sehingga semuanya setara. Allah Swt berfirman dalam al Qur'an al Karim: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (QS. Al Hujurat: 13)

Prof. Dr. Quraish Shihab, seorang ulama ahli tafsir memaknai ayat ini sebagai berikut :Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dalam keadaan sama, dari satu asal: Adam dan Hawâ'. Lalu kalian Kami jadikan, dengan keturunan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal dan saling menolong. Sesungguhnya orang yang paling mulia derajatnya di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian. Allah sungguh Maha Mengetahui segala sesuatu dan Maha Mengenal, yang tiada suatu rahasia pun tersembunyi bagi-Nya. (bersambung)

Comments

Post a Comment