Sembilan Nilai Utama Gus Dur (Part 2)

Nilai utama kelima adalah pembebasan. Pembebasan bermakna bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab membebaskan dirinya dari belenggu. Dalam artian, manusia harus merdeka. Merdeka dari rasa takut, rasa khawatir, rasa rendah diri, rasa sedih, dan sebagainya. Jiwa yang merdeka adalah jiwa yang optimis. Yang meyakini dengan sebenarnya bahwa Allah Swt akan menolong siapun yang dikehendakinya. Asalkan manusia senantiasa mendekat pada Allah Swt, maka Allah Swt pasti juga akan bersamanya. Gus Dur sangat mendukung lahirnya jiwa-jiwa merdeka, yang mampu memerdekan dirinya, dan memerdekan manusia lain.


Nilai keenam adalah kesederhanaan. Kesederhaan adalah perilaku hidup wajar, patut, dan tidak berlebihan. Orang-orang yang sederhana tidak akan silau dengan kemewahan duniawi. Yang terpenting baginya, kebutuhannnya tercukupi, selesai sudah. Sebaliknya, orang-orang yang berlebihan, akan menjadi orang-orang yang borjuis, materialistis, dan pada akhirnya bisa mengilhami sifat koruptif. Mereka tidak menjalani hidup pada teori kebutuhan, tapi pada ketaatan pada "keinginan", yang tentu saja sangat dipengaruhi oleh nafsu.

Orang-orang materialistis memandang penampilan adalah hal yang penting, bukan pada esensi dari kehidupan itu sendiri. Contohnya, orang-orang yang materialistis lebih memandang sebuah mobil, bukan dari fungsinya sebagai alat transportasi, tapi lebih pada kemewahan, gaya, model, corak, warna, dan accessories yang lainnya. Mereka membutuhkan mobil lebih dari sekedar bisa mengantarkannya ke suatu tempat dengan mudah dan segera. Masih ada kebutuhan lain yaitu kata-kata "wouw" atau "hebat", dari orang-orang yang melihatnya. Hal ini, tentu sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang diamalkan Gus Dur, sebagai pengejawantahan dari ajaran Nabi Muhammad Saw.

Nilai ketujuh adalah persaudaraan. Persaudaraan berasal dari penghargaan terhadap kemanusiaan dan kesetaraan. Sepanjang perjuangannya Gus Dur mengajarkan pentingnya menjunjung tinggi persaudaraan di masyarakat. Persaudaraan yang dijunjung tinggi akan menghasilkan masyarakat yang saling menghormati, saling menghargai, saling membantu, meskipun berbeda suku, berbeda status sosial, bahkan berbeda keyakinan. Salah satu doktrin ajaran Islam, al Qur'an menegaskan bahwa Allah memuliakan anak Adam. Firman Allah Swt :
"Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak cucu Adam", (QS Al-Isra' :70)

Alquran menegaskan perlunya memberikan hak-hak sosial kepada segenap warga tanpa terkecuali seperti di dalam firman-Nya:
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS Al-Mumtahanah : 8-9).

Nilai kedelpan adalah keksatriaan. Keksatriaan bermakna menunjukkan sikap sebagai seorang ksatria. Ksatria adalah orang yang memiliki "keberanian" untuk memperjuangkan kebenaran. Nilai ini diperlukan agar kebenaran yang ada di masyarakat ini tidak hanya diketahui, diyakini, atau disadari, tetapi juga diperjuangkan. Para ksatria yang tulus hatinya, akan dengan gagah berani memperjuangkan hal itu, dengan komitmen yang tinggi dan konsisten. Seberat apapun perjuangan yang dilakukan, maka Gus Dur mengajarkan untuk dapat menjalaninya denan penuh kesabaran dan keikhlasan.

Nilai kesembilan adalah kearifan trasidi. Kearifan pada tradisi adalah pemikiran yang bijaksana terhadap nilai-nilai budaya yang berpijak pada tradisi. Salah satu wujud kearifan pada nilai-nilai tradisi adalah pengakuan terhadap keberadaan Pancasila sebagai Dasar Negara, UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara, dan Bhineka Tunggal Ika sebagai prinsip hidup dan tata nilai untuk mempersatukan bangsa. Gus Dur menjadikan kearifan lokal in sebagai gagasan dalam mewujudkan keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan. Tentunya, penghargaan pada tradisi ini tidak menutup diri dari perkembangan peradaban umat manusia yang dinamis. (ans)

Comments

  1. Jadi penasaran... Membaca biografi Gus Dur... Luar biasa pak

    ReplyDelete

Post a Comment