Belajar dari Pembolos

gambar : anoerkomputer.online




Setiap orang memilik karakteristik yang berbeda. Gaya bicara, belajar, bekerja, bergaul, berkomunikasi, bahkan gaya berjalan pada setiap orang tentu berbeda. Penyeragaman akan sesuatu seringkali juga bertabrakan dari sifat alamiah yang memang dibawa seorang manusia sejak ia lahir. Termasuk di dalamnya gaya dan cara belajar siswa, yang tentu juga berbeda-beda.

Anak yang memiliki gaya belajar visual akan mengalami kesulitan ketika harus belajar dengan cara auditif dan sebaliknya. Anak yang suka belajar dalam ketenangan akan mengalami kesulitan pada saat belajar kelompok. Anak mandiri akan merasa jengah pada saat guru les privatnya mengajar dengan cara yang detil karena hal itu akan berbenturan dengan karakternya yang mandiri. Sehingga, seorang anak mandiri tidak memerlukan guru privat yang harus mendampingi dirinya belajar secara pribadi.

Seorang anak belajar dengan tekun, dalam waktu yang panjang dan teratur. Pantaslah anak itu pintar dalam bidang studi yang dipelajarinya. Ia menghabiskan waktu untuk membaca, menghafal, mengulang, dan mengerjakan latihan-latihan. Apalagi jika ditunjuang dengan fasilitas belajar yang memadai. Buku-buku yang lengkap, ruang belajar yang nyaman, tidak mempunyai tugas lain selain belajar, bahkan mendapatkan bantuan bimbingan dari guru privat. Hasilnya, tentu ia akan mendapatkan nilai-nilai bagus dalam setiap ulangannya.

Namun tidak semua anak berada pada kondisi ideal seperti itu. Tidak semua orang tua bisa menyediakan fasilitas yang penuh untuk anak-anaknya. Kadang-kadang seorang anak harus membantu orang tuanya, mengasuh adiknya, bahkan bekerja paruh waktu di luar jam belajarnya. Namun, anak-anak seperti ini belum tentu mendapatkan nilai buruk dalam ulangannya. Padahal, dari sisi kuantitas waktu belajar yang tersedia, mereka jauh lebih sedikit mendapatkannya.

Faktanya, setiap orang memiliki daya serap yang berbeda. Seseorang bisa hanya dengan sekali membaca, ia kemudian paham, bahkan hafal apa yang dia baca. Seorang anak lain dapat belajar meskipun sambil bekerja, sambil nonton TV, mendengarkan musik, bahkan sambil bermain pun mereka bisa belajar. Anak-anak seperti ini tidak membutuhkan waktu khusus untuk belajar. Sedikit waktu yang dimiliki, cukuplah untuk memahami materi pelajarannya.

Salah seorang teman saya bukan anak penurut. Sering membolos, dan tampak malas belajar. PR dan tugas-tugas pun tidak dikerjakan dengan baik. Asal-asalan saja. Paling tidak, asal tidak dimarahi guru. Namun, di setiap ujian, baik itu ujian tengah semester atau ujian akhir semester, nilai-nilainya selalu berada dideretan sepuluh besar di kelasnya. Padahal, hampir semua orang melihatnya hanya bermain dan bermain, bahkan sering kali tidak masuk sekolah dengan berbagai alasan.

Anak pembolos ini ternyata memiliki cara belajar sendiri. Ia suka membuat rangkuman, skema materi (mind map), dan mempelajarinya di kala orang tidur. Pendeknya, disaat teman-temannya belajar, ia bermain. Tetapi, pada saat teman-temannya tidur, ia belajar. Itu pun dengan cara yang tidak lazim. Yaitu skematik atau sistem bagan. Sehingga materi yang begitu banyak dapat ia sederhanakan dan dengan mudah dipelajarinya. Anak pembolos itu ternyata memiliki caranya sendiri dalam belajar. Sehingga, tidak patutlah kita meremehkan orang lain, karena pada hakikatnya kita tidak tahu apa dan bagaimana sebenarnya ia!

Comments

Post a Comment