Membuat refleksi kelahiran tidak dapat dilepaskan dari sejarah mengapa sebuah lembaga dilahirkan. Mengapa? Tentu karena kita perlu menyelaraskan antara keinginan dari pendiri dan langkah kita sebagai generasi yang menahkodai jalannya organisasi di masa sekarang. Hal ini tidak lain untuk menjaga agar arah yang kita tuju tidak menyimpang dari goal yang telah ditetapkan.
Sebagaimana dirilis dalam website resmi LP Maarif PWNU Jawa Timur, LP Ma'arif didirikan untuk beberapa tujuan, yaitu:
Pertama, mewadahi lembaga pendidikan di lingkungan Nahdlatul Ulama. Kita semua tahu, NU didirikan dengan mengemban beberapa amanah, yaitu pendidikan, dakwah, sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Oleh karena itu, perlu wadah khusus dalam membina lembaga pendidikan yang berciri khas Nadhlatul Ulama. Apalagi, pendidikan merupakan komponen penting dalam melestarikan nilai-nilai Islam Rahmatan lil alamin yang berpaham ahlussunah wal jamaah an Nahdliyah.
Kedua, melakukan pembaruan di bidang pendidikan. Sebagaimana dimaklumi, inovasi dalam bidang pendidikan sebagaimana inovasi dalam bidang kehidupan lainnya, berjalan seiring dengan perkembangan zaman. LP Ma'arif sebagai pembina lembaga-lembaga pendidikan Nahdlatul Ulama juga harus senantiasa melakukan inovasi, di tengah arus perkembangan sain dan teknologi khususnya teknologi informasi.
Sebelumnya, lembaga-lembaga pendidikan di bawah naungan NU, cenderung dipandang sebelah mata, dianggap tradisionalis, tidak modern, dan kurang inovatif. Namun, dengan semakin banyaknya kader-kader NU yang berpotensi di bidang sain dan teknologi, maka saat ini lembaga-lembaga pendidikan di bawah LP Ma'arif dapat berjalan seiring, bahkan lebih cepat dibanding lembaga-lembaga pendidikan lainnya, khususnya di bidang penggunaan teknologi informasi dalam pembelajaran.
Terbukti, di tingkat SD/MI khususnya di Tulungagung misalnya, jumlah input siswa dan prestasi diberbagai ajang lomba dari lembaga-lembaga di bawah LP Ma'arif sudah banyak meninggalkan lembaga-lembaga yang ber-plat merah. Fenomena ini perlu mendapatkan dukungan dari semua pihak, agar momentum yang ada ini tetap dapat dipertahankan. Jangan karena jumawa, kita lengah dan kehilangan momentum kebangkitan pendidikan berciri khas NU ini.
Caranya, tentu dengan melakukan inovasi-inovasi di bidang pendidikan. Tidak cukup inovasi di bidang pembelajaran, tetapi juga "pemasaran", branding, labelling, dan sebagainya. Kita harus dapat memanfaatkan semua media informasi, baik media sosial maupun media digital lainnya, untuk kepentingan membesarkan lembaga-lembaga pendidikan dibawah naungan LP Ma'arif.
Ketiga, meningkatkan kemandirian. LP Ma'arif adalah lembaga swasta, yang hidup dan berkembang mandiri dengan dukungan dari masyarakat khususnya kaum Nahdliyin. Semangat kemandirian ini harus terus dipupuk dengan menguatkan sense of enterpreneurship lembaga. Para pemimpin lembaga harus juga dapat menjadikan lembaganya sebagai pusat pemberdayaan yang bisa saja menyentuh para guru di dalam lembaga tersebut, wali murid, atau bahkan masyarakat sekitar.
Sebagaimana dimaklumi, salah satu point penilaian ranah manajerial kepala madrasah/sekolah adalah kompetensi di bidang kewirausahaan. Oleh karena itu, penguatan kewirausahaan madrasah/sekolah bukan dalam rangka memanfaatkan keadaan, tetapi dalam rangka menguatkan lembaga pendidikan sebagai lembaga yang mandiri dan berdaya. Dalam artian, lembaga dapat menyediakan sendiri semua kebutuhannya, mewadahi potensi yang ada di lembaga, dan memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar yang memungkinkan untuk diajak bekerjasama.
Keempat, meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan harus berkembang sesuai masanya. Setiap generasi membutuhkan pendidikan dengan kualitas yang berbeda. Jika diawal tahun 90 an kita cukup belajar dengan papan tulis hitam dan kapur misalnya, maka sekarang kita hampir tidak lagi menemuinya. Hampir semua kelas kita telah menggunakan whiteboard dan marker, bahkan menggunakan layar LED touchscreen.
Selain itu, tantangan yang dihadapi setiap generasi juga berbeda. Maka, peningkatan kualitas pendidikan tetap harus dilakukan. Tidak saja dari sarana dan prasarana, tetapi juga metodologi pembelajaran harus selalu ditingkatkan. Jika dulu pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered), maka sekarang saatnya muridlah yang menjadi pusat pembelajaran (student centered). Maka, penggunaan pendekatan, metode, model, dan strategi pembelajaran harus selalu dikembangkan.
Pada masa sekarang, pendidikan bukan lagi paket statis yang harus diterima. Orang tua dan murid dapat memilih sesuai dengan selera yang dikehendaki. Kualitas menjadi faktro utama dalam meningkatkan daya tawar lembaga pendidikan. Oleh karena itu, kualitas lembaga pendidikan harus senantiasa ditingkatkan dalam berbagai unsurnya.
Kelima, mempertahankan dan mengembangkan aswaja. Ciri khas utama lembaga pendidikan di bawah naungan LP Ma'arif adalah adanya bidang studi ahlussunah wal jamaah (aswaja) dan ke-NU-an. Hal ini, dalam rangka melanjutkan estafet pemahaman kepada murid di sekolah/madrasah di lingkungan LP Ma'arif. Paham aswaja sebagai pengejawantahan paham Islam yang rahmatan lil alamin, merupakan paham yang kita yakini dapat menghantarkan kita menjadi umat Islam yang wasathiyah yang sangat sesuai dengan situasi kebangsaan Indonesia yang plural.
Paham aswaja bukanlah paham baru rekaan para ulama, tetapi merupakan paham yang mengikuti sunnah nabi yang pelaksanaannya sesuai dengan apa yang dilaksanakan oleh para sahabat. Memang secara istilah, ahlussunah wal jama'ah muncul agak belakangan pasca Nabi Muhamamd Saw wafat, tetapi secara substansi ajaran aswaja adalah ajaran Nabi Muhammad Saw sebagaimana dipraktekkan oleh para sahabat beliau.
Penerapan Islam yang ahlussunah wal jamaah merupakan salah satu cita-cita NU dalam rangka mengembangkan kehidupan Islam yang damai di tengah masyarakat yang plural. Oleh karena itu, para murid di lembaga pendidikan di bawah LP Ma'arif, sejak awal dikenalkan dengan ajaran ini dengan harapan kelak menjadi muslim-muslim yang moderat, tidak fundamentalis apalagi menjadi teroris yang sesungguhnya sangat bertentangan dengan substansi ajara Islam.
Keenam, membentuk karakter. Pendidikan tidak saja transfer of knowledge, tapi lebih dalam dari itu adalah transfer of value. Para guru di lembaga pendidikan di bawah LP Ma'arif harus memperhatikan hal ini. Sehingga, pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah/madrasah tidak saja transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga bagaimana dapat membentuk siswa yang memiliki akhlakul karimah.
Membentuk karakter anak tidak dapat dilakukan dengan cepat, tidak cukup dengan mempelajarinya materi pelajaran "Akidah Akhlak" secara teoritis, tetapi harus dilakukan secara terstruktur. Pembiasaan-pembiasaan Islami seperti pembiasaan sholat berjamaah, tadarus al Quran', takdzim kepada guru, kebiasaan menggunakan bahasa yang sopan dalam berkomunikasi, dan lain-lain merupakan bagian dari cara-cara membiasaakan anak berakhlak mulia. Karakter dapat terbentuk dari pemahaman yang benar dan pembiasaan yang istikomah. Oleh karena itu, peran guru dalam membentuk karakter anak sangat diperlukan.
Ternyata, begitu berat tugas yang diemban oleh LP Ma'arif. Perjuangan tanpa lelah, pekerjaan tanpa batas waktu, dan upaya yang berkesinambungan, merupakan tugas wajib para pengurus LP Ma'arif. Tapi ingatlah, tugas mulia yang dikerjakan dengan ikhlas dan tanggung jawab tentu akan mendapatkan pahala dan kebaikan yang besar dihadapan Allah Swt. Semoga semua tanggung jawab yang harus dikerjakan dapat ditunaikan dengan sebaik-baiknya. Selamat Harlah ke 92 LP Ma'arif NU, semoga semakin "manfaati dan mbarokahi". Aaamin.
semakin mantap berada di jalur Maarif & NU...
ReplyDeleteaamiin...
DeleteLuarbiasa...tulisan yang enak, dan lengkap dari penulis yg smart...
ReplyDeleteMatur nuwun komen-nya Pak Noer....
DeleteSemakin majulah maarif NU..mantab pak ansori
ReplyDeleteAamiin...matur nuwun...
Delete