Guru Yang Dirindukan

Pernahkah anda merindukan guru-guru anda? Mungkin "kangen" akan dongeng-dongengnya, kelucuannya, ketegasannya, atau mungkin kelemah lembutannya? Atau, jika anda seorang guru, pernahkan anda beranggapan bahwa murid-murid anda merindukan anda? Sebagai seorang guru, apakah anda menjadi guru yang dirindukan?

Yang jelas, dalam tradisi santri, guru adalah satu bagian dari "tiga orang tua". Setiap santri, khususnya yang sudah tidak jomblo lagi, memiliki tiga orang tua. Pertama, tentu saja orang tua biologis, yaitu ayah dan ibu kita sesungguhnya, yang telah "mengukir" jiwa raga kita. Kedua, mertua yaitu ayah dan ibu suami atau istri kita. Dan, ketiga, para guru kita.


Bagi para santri, guru tidak hanya mudaris, yaitu orang yang mengajar kita. Tetapi, beliau juga murobbi, orang yang mendidik dan membimbing santri. Tidak hanya mendidik dan membimbing secara fisik, bahkan juga murobbi ruh, yaitu orang yang membimbing ruh para santri.

Sebaliknya, bagi para kiai (yang notabene juga guru), para santri tidak hanya murid di madrasah, tetapi juga "anak" yang selalu beliau hadirkan di dalam do'a-do'a beliau. Do'a para kiai selalu menyertakan santrinya, paling tidak dengan allohumma ij'alna, wa auladana, wa talamidzana, min ahlil ilmi wal khoir .... dan seterusnya.

Ini, tentu menunjukkan bahwa setiap kiai, memiliki hubungan yang sangat erat dengan para santrinya. Demikian juga para santri, yang senantiasa mengirimkan do'a-do'a dan hadiah fatihah kepada para gurunya. Tidak hanya do'a untuk guru yang masih "sugeng", tetapi juga para guru yang telah kembali ke alam barzah. Hubungan inilah yang menjadikan hubungan yang sangat erat "lintas alam" antar guru dan santri.

Bagaimana dengan para guru di sekolah? Adakah para guru juga dirindukan seperti para santri yang merindukan kiainya sepanjang hidup? Tentu, semuanya kembali pada sehebat apa guru di sekolah. 


Tentang Buku "Guru yang Dirindukan"

Buku ini mencoba mengulas banyak sisi yang berkaitan dengan guru. Apa yang harus ia niatkan ketika menjadi guru, apa yang harus ia kuasai, apa yang harus ia lakukan, apa yang harus mereka kreasi dan inovasikan, adalah sebagian dari materi yang diperbincangkan.

Menjadi seorang guru memang membutuhkan profesionalitas, tetapi tidak semua harus berdasarkan kalkulasi matematis profesi. Guru adalah hamba Allah Swt yang bertugas menyampaikan kebenaran, kebaikan, kedamaian, dan ilmu pengetahuan. Tujuannya agar tercipta kehidupan dunia yang baldatun toyyibatun warrobun ghofur.

Sehingga, menjadi guru tidak sekedar profesi. Nuansa pengabdian, "labuh", dan tujuan mulia lainnya harus mengemuka. Dengan begitu, para guru akan memiliki hubungan "spesial" dengan para muridnya. Hubungan spesial inilah yang membuat guru selalu dirindukan kehadirannya.

Guru dengan kemampuan dan kepribadian plus itu, menyiapkan dirinya dengan kemampuan profesional yang mumpuni. Selain itu juga memiliki kepribadian yang layak menjadi uswatun hasanah. Guru menata dengan baik cara bicara dan apa yang dibicarakannya, cara makan dan minum, berpakaian yang layak, berdandan yang bersih namun tidak "heboh", dan seterusnya.

Guru pada abad 21 ini juga harus akrab dengan teknologi informasi. Tidak hanya sebagai user, seharusnya bisa menjadi creator. Konten-konten media pembelajaran berbasis video, slides, dan animasi memang sudah banyak tersedia. Namun untuk menjadi guru istimewa, tidak melulu menggunakan, ia juga harus dapat mencipta konten-konten yang layak dan sesuai untuk anak didiknya.

Lebih dari itu, guru harus bisa mendampingi murid-muridnya untuk menghadapi "parahnya" dunia dengan sebaik-baiknya. Perkembangan sain dan teknologi menjadi kehidupan kita semakin enak, tetapi apakah kehidupan kita semakin baik? Itu harus dibuktikan dengan kemampuan guru membimbing anak-anak untuk tidak terseret arus buruk yang ditimbulkan, tetapi memanfaatkan fasilitas yang ada untuk mengembangkan dunia.

Di kelas, para guru juga harus aktif dan kreatif. Ruang kelas bisa jadi tetap, materi pelajaran dari tahun ke tahun juga tetap saja. Tetapi, di tangan guru aktif dan kreatif, ruang kelas ini bisa menjadi tempat yang menyenangkan dan dinamis, yang membuat para siswa betah berada di dalamnya. Belajar tidak lagi menjadi aktivitas yang monoton dan menekan para siswa, tetapi justru menjadi aktivitas yang membuat mereka bahagia.

Jadilah guru yang membimbing, memotivasi, menginisiasi, kreatif, dan inovatif. Selamat Hari Guru Nasional 2021. Jadilah guru yang dirindukan! (ans)


Comments