Menjaga Nilai Ramadan di Bulan Syawal

Mohamad Ansori

Ramadan 1441 H telah berlalu. Kini, kita sudah menapaki Syawal 1441 H dengan aura kemenangan dan kesenangan. Kita merasa menang, karena kita telah berhasil melalui perjuangan berat baik fisik maupun mental selama Ramadan. Betapa tidak, puasa kali ini, kita harus menahan diri dari berbagai hal, baik yang standar maupun yang "ekstra".


Standarnya, kita berpuasa menahan diri dari makan, minum, dan "berkumpul" dengan istri atau suami kita. Untuk kesempurnaannya, kita juga harus menahan diri dari berbohong, menggunjing, ghibah, dan hal-hal lain yang merusak puasa kita. Nabi Muhammad Saw bersabda:

خمس يفطرن الصائم الكذب والغيبة والنميمة واليمين الكاذبة والنظر بشهوة

Artinya : "Ada lima perbuatan yang menghapus pahala puasa, yaitu berbohong, menggunjing, mengadu domba, bersumpah palsu, dan memandang dengan syahwat".(H.R. Al-azdi dan Addailami dari Anas r.a.)

Perjuangan ekstranya adalah bahwa pada Ramadan tahun ini, kita juga harus menahan diri dari kumpul-kumpul dengan teman, mengaji bersama, berdzikir bersama, berbuka bersama, sahur bersama, dan lain-lain. Pokoknya, melibatkan kata bersama atau orang banyak, hal itu dilarang. Bahkan, sebagian dari kita terpaksa harus ter-lockdown, baik dalam skala kota, desa, atau bahkan rumah. Hal ini tentu, membuat puasa kita semakin berat dan berat. Apalagi, bagi kelompok-kelompok terdampak C19, tentu puasa tahun ini sungguh merupakan puasa yang sangat berat.

Tapi sebagai seorang yang beriman, kita harus yakin bahwa puasa dengan segala keterbatasannya seperti itu, pasti akan membawa nilai lebih dihadapan Allah Swt. Bagi orang yang beriman, baik bersyukur maupun bersabar, semuanya akan mendapatkan pahala dan kebaikan.


عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Artinya: “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)


Ramadan melejitkan motivasi ibadah kita. Puasa, tarawih, tadarus, semuanya dilakukan seperti tiada pernah lelah. Bahkan ketika sebentar tidur, sebentar lagi bangun semuanya hampir tidak ada persolan. Misalnya, tidur sudah cukup larut, malam harus bangun sahur, dilanjutkan dengan sholat tahajjut, disambung dengan sholat sunnah fajar, lalu sholat Subuh. Setelah Subuhpun sangat dianjurkan untuk tidak tidur lagi. Demikian seterusnya.

Di luar Ramadan, banyak kemungkinan tidak banyak orang yang kuat menjalankan ibadah secara marathon seperti itu. Kalkulasi fisik tidak akan dapat dicapai dalam kondisi seperti itu. Namun dalam Ramadan, ketika motivasi ruhaniah menguat dan menguasai, fisik pun mengikut. Berlimpahnya rahmat dan karunia Allah Swt selama Ramadan, merupakan penjamin utama kekuatan ibadah marathon kita. Oleh karena itu, sungguh rugi orang yang telah menyia-nyiakan kesempatan ibadah selama Ramadan.

Yang perlu dipertanyakan adalah, bagaimana cara kita mempertahankan ghiroh ibadah kita pasca Ramadan? Bagaimana penguatan dan peningkatan ibadah itu tetap terjaga? Haruskah kita kembali ke semula, seperti sebelum Ramadan tiba?

Bulan Syawal adalah bulan peningkatan, bukan bulan penurunan. Dalam konteks dosa dan maghfirah, Allah Swt telah mengampuni dosa-dosa kita. Sehingga, saatnya kita memupuk pahala dan kebaikan. Bertahan pada level ibadah dalam Ramadan memang tidak mudah. Tetapi sesulit apapun, dengan perjuangan keras dan upaya yang istikomah, sedapat mungkin kita harus bisa mempertahankan motivasi ibadah kita selama Ramadan. Paling tidak, tadarus dan sholat sunnah yang selama Ramadan kita jaga, sepatutnya dilanggengkan.

Tentu, karena berbagai halangan dan gangguan, kita tidak bisa beribadah sehebat pada saat Ramadan. Karena, didalamnya ada rahmat dan karunia Allah, yang mengirimkan "angin surga" kepada kita, sehingga begitu nyamannya kita beribadah di dalam Ramadan. So, mari kita juga minta kepada Allah Swt, agar "kenyamanan" ibadah selama Ramadan tetap Allah Swt berikan pada kita, sehingga kalau pun toh tidak dapat meningkatkan, paling tidak kita bisa mempertahankan nilai-nilai Ramadan dibulan-bulan setelahnya. Semoga.

Wallahu'alam.

Comments

  1. Menyejukkan sekali

    ReplyDelete
    Replies
    1. masih pagi soalnya, sehingga sejuk....hehehe

      Delete
  2. Masihkah, pendidikan selama madrasah ramadhan membekas hingga syawal dan seterusnya, lalu bersambut hingga ramadhan lagi.

    ReplyDelete
  3. Trimakasih tak terhingga pak Ans.. Sarapan tulisan panjngan benar2 gurih dan nikmat. Monggo Pergunu nya dipun kompori kados jamaah di MI Maarif meniko, satu tulisan bisa masuk dua kamar blajar literasi.

    Nasehatnya jugabampuuh. Swun sangeet.

    ReplyDelete
  4. Saatnya kita berbenah.. saat ini tepat menjadi kawah candradimuka kita untuk belajar

    ReplyDelete
    Replies
    1. perlu penjelasan lebih rinci tentang kawah candradimuka kayaknya....hehehe

      Delete

Post a Comment