Malam ini giliran jaga. Jam 22 aku berangkat dari rumah. Di pos jaga teman-teman satu RT sudah berkumpul. Kartu dibuka lalu dibagikan. Ketawi ketiwi mengiringi berjalannya waktu. Detik demimdemi detik, kini waktu telah separuh malam.
Semakin larut, malam semakin dingin. Maklum, seharian ini hujan tiada henti. Permainan kartu semakin seru. Pemain yang kalah harus mau jongkok untuk menebus kekalahannya. Hawa yang dingin sama sekali tidak pernah mengganggu. Perputaran kartu dan nada canda membuat suasana semakin hangat.
Pandemi Covid 19 sungguh membuat banyak hal berubah. Masyarakat dengan keakuan atau individualisme yang tinggi "terpaksa" harus membaur dengan masyarakat di lingkungannya. Keakuan telah berganti kekitaan, kesendirian berganti kebersamaan. Corona ini bukan hanya masalahku, tapi juga masalahmu, masalah kita.
Pandemi ini menimbulkan dampak dalam berbagai sektor. Kesehatan, ekonomi, sosial, dan keamanan lingkungan sangat terdampak oleh adanya pandemi ini. Dari sisi kesehatan, dampak persebarannya sangat merisaukan. Dalam bidang ekonomi, pertambahan pengangguran cukup mengkhawatirkand adanya PHK. Dalam segi sosial, adanya tatanan sosial dan phisical distancing memunculkan aturan pergaulan yang berbeda.
Sementara itu, dalam bidang keamanan, masyarakat galau dengan dilepaskannya puluhan ribu napi sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid 19 di kalangan para napi. Tingginya tingkat over kapasitas lembaga pemasyarakatan menjadi dasar pemerintah membebaskan napi dengan kriteria tertentu. Hal itulah yang membuat masyarakat galau, apalagi didukung fakta bahwa beberapa napi asimilasi tertangkap lagi karena melakukan tindak kriminal.
Alhasil, portal-portal dibuat, siskamling digalakkan, dan individualis yang agak anti sosial mau tidak mau membaur dengan masyarakat jika tidak mau dikucilkan nantinya. Masyarakat tidak peduli apakah seseorang termasuk tokoh agama, tokoh masyarakat, atau bahkan tokoh-tokoh di level pemerintahan, semuanya mendapat jatah yang sama untuk bersama-sama menjaga keamanan lingkungan.
Malam ini adalah malam giliranku bertugas jaga. Namanya jaga, ya hanya berjaga-jaga atau terjaga, dalam artian tidak tidur. Sementara yang lain dapat membunuh waktu dengan bermain kartu, aku tak bisa melakukannya. Bukan karena tidak bisa, tapi karena tak biasa. Kuambil smartphone ku, dan kurangkai kata-kata untuk membunuh waktu. (Ans)
Bagus banget Pak...
ReplyDeleteSambil menyelam minum air, kreatif memanfaatkan waktu. Sip joss maannntabe'
ReplyDeleteMemanfaatkan waktu dengan menulis, bukan dengan menunggu waktu luang.
ReplyDeleteSahe kang
ReplyDeleteMantab...
ReplyDelete