Kisah Pak Tua dan Seorang Wartawan

Di suatu negeri ada seorang pengusaha yang kaya raya. Perusahaannya besar, tidak hanya satu. Dimana-mana ia memiliki aset yang terus bekerja mengumpulkan harta. Jika dihitung, depositonya di bank tidak hanya miliaran, bahkan triliunan rupiah.

Suatu hari seorang wartawan mendekatinya, dan memohon izin bertanya. Pengusaha itu mengiyakan, dan siap menjawab semua pertanyaan wartawan. Termasuk masalah pribadinya.


"Bapak, berapa usia anda saat ini?" tanya wartawan itu

"Kira-kira 7 tahun", jawabnya enteng. Wartawan itu agak bingung, padahal ia tahu usia si Bapak tidak kurang dari 60 tahun. Tapi ia menahan diri, dan melanjutkan pertanyaannya.

"Bapak, berapa harta yang saat ini anda miliki?" tanya wartawan itu lagi.

"Kira-kira 10 sampai 15 juta." jawabnya lagi

"Lalu, berapa anak Bapak?" tanya wartawan dengan masih penasaran.

"Satu orang", jawab pengusaha kaya itu.

Jawaban ini yang membuat wartawan itu berhenti, dan tidak dapat menahan dirinya untuk mengklarifikasi jawaban si Bapak.


"Mohon maaf Bapak, mengapa Bapak berdusta pada saya? Saya tahu lo, saya sudah baca biografi Bapak, usia Bapak 65 tahun, harta Bapak sangat banyak, bahkan orang akan sulit menghitungnya. Bahkan mungkin Bapak sendiri, kesulitan mengkalkulasi harta Bapak. Tapi mengapa Bapak hanya mengatakan harta Bapak 10-15 juta saja. Yang paling parah, Bapak kan punya banyak putra putri yang pintar, sukses, dan berhasil. Tapi mengapa Bapak mengatakan hanya punya satu anak saja?" lanjut wartawan itu.

"Baiklah anak muda, saya memang sudah berusiah 65 tahun. Anda benar, benar sekali. Tapi, dari 65 tahun usia saya, saya hanya sedikit sekali menggunakannya untuk beribadah kepada Allah Swt. Saya memang memiliki banyak harta. 

Hampir di semua bank yang ada di Indonesia, saya punya deposito di sana. Perusahaan saya banyak sekali. Bahkan, jika saya hanya duduk santai di rumah, miliaran rupiah per hari masuk ke rekening pribadi saya. 

Tapi, hanya sedikit sekali dari yang saya miliki itu, yang saya belanjakan ke jalan Allah Swt. Sedangkan anak-anak saya, hanya 1 dari 7 orang anak saya, yang taat beribadah, yang selalu mendo'akan saya. Itu adalah anak saya yang paling buruk prestasi akademisnya, bukan yang paling pandai. 

Sementara anak saya yang lain, sibuk dengan karirnya masing-masing, sibuk dengan urusan bisnisnya masing-masing, bahkan untuk ketemu saja, saya sangat kesulitan. Saya hanya bisa telepon, atau vicall saja:.

Wartawan itu terdiam. Kalimat-kalimat yang disampaikan oleh pengusaha itu mengenai relung hatinya. Benarkah, hanya sedikit itu waktu dan harta yang sesungguhnya kita miliki?


Sumber : Ceramah KH Zainuddin MZ

Comments