Belajar di Luar Ruangan

Salah satu kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah mulai timbulnya kebosanan dan kelelahan siswa. Pada kondisi normal, siswa di sekolah dasar negeri, pada umumnya belajar mulai jam 07.00 – 12.00. Sedangkan di sekolah-sekolah swasta yang menerapkan full day school atau program integrasi, biasanya para siswa belajar mulai jam 07.00 sampai dengan jam 14.00 atau jam 14.30. Dengan demikian, siswa berada di sekolah antara 5 sampai 7 jam sehari.

Untuk mengatasi kebosanan siswa dalam belajar, para guru dapat menerapkan berbagai inovasi pembelajaran. Salah satu diantaranya adalah belajar di luar ruangan atau outdoor classroom. Belajar di luar ruangan ini sangat baik bagi siswa, antara lain untuk memberikan suasana baru dan segar, memperluas jangkauan pandangan siswa, menghilangkan kejenuhan, dan menyediakan bagi siswa udara yang segar. Jika dilakukan pada pagi hari, dimana sinar matahari dapat bersentuhan langsung dengan badan siswa, akan bermanfaat mengubah pro vitamin D yang ada di dalam tubuh, menjadi vitamin D yang sangat bermanfaat bagi pertumbuhan tulang. Namun demikian, guru juga akan menghadapi persoalan-persoalan ketika pembelajaran di luar ruangan itu tidak direncanakan dan diprogramkan dengan baik.

Persolan pertama yang dihadapi guru adalah siswa akan lebih sulit dikendalikan. Jangkauan gerak siswa akan lebih luas, sehingga kecenderungan siswa untuk bergerak kesana kemari juga akan lebih luas. Jika pembelajaran dilaksanakan di kebun misalnya, siswa juga akan dengan senang hati “mengganggu” tanaman yang ada di sana. Jika dilaksanakan di halaman maka siswa pun akan tergoda melihat teman-teman dari kelas lain yang sedang bermain bola atau berolahraga lainnya.

Persoalan kedua yang mungkin dihadapi guru adalah kurangnya konsentrasi siswa. Di tempat yang luas dan terbuka, siswa akan melihat dan memperhatikan banyak hal selain gurunya. Jika dalam hal ini guru masih menggunakan metode ceramah, hampir bisa dipastikan suara guru akan “hilang entah kemana”. Selain akan terdengar lebih lirih di telinga siswa, memang pada pembelajaran di luar ruangan ini siswa tidak hanya mendengarkan gurunya.

Persoalan ketiga yang juga mungkin dihadapi guru adalah siswa akan sulit mengerjakan tugas tertulisnya. Ketika di luar siswa tidak akan memiliki tempat menulis yang baik dan benar, sehingga bisa jadi siswa akan menulis di lantai, atau bahkan “meminjam” punggung temannya sebagai meja tulis. Alhasil, kualitas tulisan tangan para siswa pun tidak akan sebagaimana biasanya.

Oleh karena itu, pada saat guru merencanakan pembelajaran di luar ruangan, paling tidak guru harus mempersiapkan hal-hal sebagai berikut.

1.  Guru harus bersiap dengan metode pembelajaran yang tidak melulu ceramah, dapat dikombinasikan dengan metode diskusi, kerja kelompok, atau pengamatan.

2.   Guru harus siap dengan form pengerjaan tugas yang simple dan sederhana, berupa cek list atau form pengamatan sehingga siswa tidak perlu “menulis banyak” ketika berada di luar ruangan. Dalam hal ini guru bisa mempersiapkan lembar kerja siswa untuk dikerjakan dengan cara mengamati atau mempelajari benda-benda yang ada di luar ruangan.
3.   Jika memungkinkan tempat belajar di luar ruangan pun juga telah didesain sedemikian rupa, sehingga tetap menyerupai ruang kelas dengan tempat duduk dan tempat menulis yang baik dengan formasi setengah lingkaran dimana titik pusatnya pada lokasi dimana guru berada. Contohnya : guru berada di bawah sebuah pohon, dan disekitar pohon itu kursi-kursi panjang terbuat dari bambu atau batang pohon sehingga tetap saja semua siswa dapat melihat dan mendengarkan penjelasan guru dengan baik.


Selain memastikan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik, guru juga harus memastikan keamanan siswa, baik dari benda-benda berbahaya, binatang berbisa, binatang buas, dan sebagainya. Sebab, pada hakekatnya, keamanan dan keselamatan anak tetap menjadi hal yang utama.

Comments

Post a Comment